Darah yang Berwarna Hijau
Semua orang juga tahu kalau darah manusia itu pada umumnya berwarna merah. Bukan hanya darah manusia, akan tetapi hampir sebagian besar darah makhluk hidup lainnya itu berwarna merah. Mau orang kaya, miskin semuanya darahnya merah. Ada juga yang berwarna biru (darah biru), namun itu hanya kiasan yang berarti turunan bangsawan.
Lalu, bagaimana kalau kenyataannya terdapat makhluk hiduo yang memiliki darah berwarna hijau di muka bumi ini? Apakah mereka keturunan Alien?
Akan tetapi, ternyata manusia berdarah hijau itu nyata ada, dan terdapat pula pada beberapa jenis binatang yang berdarah hijau, seperti jenis katak dari Kamboja dan serangga. Darah hijau binatang ini karena darahnya tidak berfungsi untuk membawa oksigen seperti umumnya, karena tidak memerlukan hemoglobin.
Ada pula Prasinohaema virens, yang merupakan kadal asal Papua Nugini yang memiliki darah berwarna hijau. Warna hijau tak hanya ditemukan dalam darahnya, namun juga otot, tulang, dan lidah yang berwarna hijau limau.Anatomi tubuh yang aneh ini bukan disebabkan oleh konsumsi makanan, melainkan jumlah empedu hijau yang melimpah di dalam tubuh.
Darah hijau pada P. virens disebabkan oleh kandungan zat biliverdin atau pigmen empedu hijau yang tinggi. Umumya, bila jumlah biliverdin tinggi akan berubah menjadi racun. Manusia pun memiliki biliverdin dalam jumlah sedikit, bila biliverdin manusia dikonversi dengan bilirubin maka akan menyebabkan penyakit kuning. Uniknya, meski P. virens memiliki jumlah biliverdin 40 kali lebih tinggi dari normalnya makhluk hidup, mereka tidak mengalami keracunan dan tetap sehat
Darah warna hijau di dalam dunia medis memang bisa terjadi dan itu dikenal dengan sebutan “Sulfhemoglobinaemia” (SulfHb), yang merupakan turunan warna dari hemoglobin dan sulit untuk kembali normal.
Orang berdarah warna hijau ditemukan pada Juni 2007 oleh tim dokter anestesi Dr. Stephan Schwarz, Dr. Giuseppe Del Vicario, dan Dr. Alana Flexman di Kanada. Saat itu para dokter dalam satu tim ini sedang melakukan operasi di rumah sakit Vancouver St. Paul terhadap seorang lelaki berusia 42 tahun yang masuk ke rumah sakit karena terjatuh.
Para dokter yang menangani operasi tersebut sangat terkejut ketika pada sayatan pertama pada kaki sang pasien, darah yang keluar adalah darah yang berwarna hijau gelap bukan warna merah seperti manusia pada umumnya. Para dokter kemudian mengadakan penelusuran pada riwayat medis sang pasien dan hasil penemuan itu menyatakan bahwa sang pasien ternyata sering mengkonsumsi obat sumatriptan dalam dosis besar atau 200 miligram setiap harinya untuk mengobati sakit kepala migrain yang dideritanya.
Obat-obatan sumatriptan, adalah termasuk dalam golongan sulfonamides (sulfur), merupakan obat yang mengandung senyawa belerang. Karena kandungan senyawa belerang inilah yang menyebabkan terjadinya kondisi langka yang disebut dengan sulfhaemoglobinaemia, yaitu belerang yang ada di tubuh bergabung dengan oksigen yang membawa senyawa hemoglobin di dalam sel darah merah.
“Pasien 42 tahun ini bisa sembuh setelah menghentikan penggunaan sumatriptan dalam melakukan operasi ini,” ujar Dr Alana Flexman, dokter yang memimpin kasus ini dari St Paul’s Hospital, Vancouver, seperti dikutip dari BBCNews, Selasa (4/5/2010).
Dari Medicalnewstoday diketahui, bahwa perubahan warna yang terjadi pada darah disebabkan oleh sulfhaemoglobin yang terbentuk ketika sebuah atom belerang masuk ke dalam molekul hemoglobin yang bisa disebabkan oleh obat-obatan yang dikonsumsi sejenis sulfonamida.
Ketika hidrogen sulfida (ion sulfida) dan ion besi bergabung dalam darah, maka darah tidak mampu membawa oksigen. Hal ini membuat jumlah sulfhemoglobin (SulfHb) dalam darah berlebih dan warna darah pun berubah menjadi hijau. Sementara darah merah terbentuk dengan bantuan dari oksigen.
Jadi, darah hijau pada manusia menunjukkan bahwa adanya sesuatu yang tidak normal terjadi terhadap orang tersebut dan lebih cenderung merupakan suatu penyakit. Kalau kondisi penderita sulfhemoglobin sangat parah atau ekstrem maka diperlukan transfusi darah untuk menyelamatkan hidup pasien tersebut.
Gejala terjadinya kadar sulfhemoglobin yang berlebih ini terlihat dari perubahan warna pada kulit dan selaput sulfur yang menjadi kebiruan. Gejala ini disebut “Cyanosis” di dunia medis. Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan oksigen dalam darah. Biasanya dimulai dengan warna kebiruan pada kuku tangan, kuku kaki, bibir, dan lidah.
Penyebab utama Sulfhemoglobinemia, adalah konsumsi obat-obatan seperti acetanilid, phenacetin, nitrates, trinitrotoluene, dan senyawa sulfur (termasuk sulfonamid) yang dikonsumsi secara berlebihan tidak sesuai dosis yang dianjurkan.
Penyebab lainnya bisa juga karena adanya paparan senyawa belerang (sulfur) di tempat kerja atau berasal dari lingkungan yang sudah tercemar polutan sulfur yang terjadi secara terus menerus sehingga sulfur dari udara yang kita hirup masuk kedalam tubuh kita. Akibatnya, ketika hidrogen sulfida (H2S atau ion sulfida), dan ion besi menggabungkan dalam darah, darah tidak mampu membawa oksigen.
Darah berwarna hijau tentu saja membawa dampak yang tidak baik untuk tubuh, karena mengganggu fungsi organ-organ tubuh, terutama peredaran darah dalam tubuh yang memerlukan darah yang mengikat dengan oksigen.
Selain itu, saat kita berada di laut yang dalam, warna merah akan lebih dulu tersaring oleh air. Cahaya merah tidak bisa memantul pada benda di laut dalam, apalagi ditangkap oleh mata manusia biasa.
Hal ini membuat warna merah tidak akan terlihat di laut dalam, terutama di kedalaman dengan lebih dari sembilan meter. Maka itu, darah manusia tidak akan terlihat berwarna merah saat di dalam laut. Sebaliknya, darah manusia akan terlihat berwarna hijau karena warna hijau direfleksikan oleh pigmen hijau di dalam darah. Pigmen hijau ini biasanya bersembunyi saat ada pantulan cahaya merah sehingga warna merah yang akan lebih terlihat pada darah saat kita berada di daratan.