Fakta Mengerikan Pengorbanan Suku Aztec (Part-1)
Seratus tahun sebelum keruntuhannya, Kekaisaran Aztec mengalami reformasi dalam bidang kepercayaan. Putra kaisar, Tlacaelel, menyatakan bahwa dewa perang, Huitzilopochtli, adalah dewa yang tertinggi dari semua dewa. Sejak saat itu, suku Aztec hidup untuk melayani dewa perang.
Pengorbanan manusia menjadi bagian penting dari masyarakat Aztec, dengan ratusan ribu orang dibantai setiap tahun sebagai persembahan kepada dewa mereka. Berikut fakta mengerikan tentang ritual pengorbanan manusia suku Aztec.
FESTIVAL MENGULITI PRIA
Salah satu festival Aztec yang paling mengerikan adalah Tlacaxipehualiztli (“Festival Menguliti Pria”). Festival ini adalah upacara yang didedikasikan untuk dewa Aztec, Xipe Totec, yang namanya berarti “Yang Tercela”.
Empat puluh hari sebelum festival, seorang pria diberikan kehormatan untuk berpakaian seperti The Flayed One. Dia ditutupi bulu-bulu merah, perhiasan emas dan menghabiskan 40 harinya layaknya seorang dewa. Kemudian, pada hari festival, dia dan delapan peniru dewa lainnya dibawa ke puncak kuil dan dibunuh.
Para pendeta menguliti tubuh orang-orang yang dikorbankan layaknya tanaman yang melepaskan kulitnya, kulit itu kemudian diwarnai kuning agar terlihat seperti emas. Beberapa kulit diberikan kepada para pendeta, yang akan menari sambil memakainya. Kulit lain akan diberikan kepada para pria muda, yang menghabiskan 20 hari hanya untuk bergantian mengenakan mantel kulit manusia yang sudah longgar.
FESTIVAL TOXCATL
Selama bulan Toxcatl, seorang pria dipilih untuk mendapatkan kehormatan khusus berdasarkan penampilannya. Dia harus memiliki kulit halus, langsing, dan rambut panjang lurus. Selama satu tahun berikutnya, pria ini akan diperlakukan seperti dewa. Dia akan berpakaian seperti dewa Tezcatlipoca. Kulitnya akan dicat hitam, dan dia akan memakai mahkota bunga, penutup dada kerang, dan banyak perhiasan. Pria itu akan diberi empat istri cantik untuk diperlakukan sesuka hatinya. Dia hanya diminta untuk berjalan-jalan di kota sambil bermain seruling dan mencium bau bunga sehingga orang-orang dapat menghormatinya.
Setelah 12 bulan telah berlalu, dia akan berjalan menaiki tangga piramida besar lalu menghancurkan serulingnya saat sampai ke puncak. Sambil disaksikan oleh para pengikutnya, seorang pendeta akan membantunya berbaring di atas altar panjang yang terbuat dari batu, kemudian mengeluarkan jantungnya dari dalam tubuhnya. Setelah itu, mereka akan memilih Tezcatlipoca baru dan memulai semuanya dari awal lagi.
KEMATIAN ANAK KEMBAR
Suku Aztec memiliki keyakinan aneh dan sering bertentangan tentang anak kembar. Mitos mereka penuh dengan anak kembar, yang biasanya diperlakukan sebagai dewa terhormat yang layak disembah manusia. Anak kembar muncul dalam cerita mereka sebagai pembunuh monster, pahlawan, dan bahkan pencipta dunia.Namun mereka memperlakukan anak kembar sungguhan dengan penuh penghinaan.
Mereka memiliki satu dewa, Xolotl, untuk anak cacat dan kembar karena suku Aztec menganggap anak kembar sebagai anak yang cacat. Mereka melihat anak kembar sebagai ancaman bagi orang tua mereka, membiarkan bayi kembar hidup akan menjadi akhir bagi kedua orang tuanya. Jadi kebanyakan orang tua hanya memilih salah satu dari bayi kembar mereka, dan mengirimkan yang lain kembali kepada dewa.
MENIKMATI DAGING KURBAN MANUSIA
Mayat korban sering dipanggang dengan jagung dan dibagikan di antara para pendeta untuk pesta. Di lain waktu, mayat tersebut cukup disajikan untuk seluruh kota, dan setiap orang yang hadir akan mengambil bagian dalam aksi kanibalisme tersebut. Tulang-tulang itu kemudian dibuat menjadi peralatan rumah tangga, alat musik, dan senjata. Setidaknya satu hidangan yang mereka gunakan dalam upacara ini masih ada sampai sekarang, yaitu pozole.
Pada masa suku Aztec, pozole adalah sup yang dibuat dari paha tahanan yang dikorbankan dan disajikan kepada kaisar. Saat ini, hidangan tersebut dibuat dengan daging babi, bukan daging manusia. Saat orang-orang Kristen Spanyol memaksa suku Aztec untuk beralih ke daging babi, mereka menyebutkan bahwa rasanya hampir sama seperti daging manusia. Sengaja melakukan perang
Tugas suku Aztec, yaitu memenuhi selera para dewa mereka yang tidak akan pernah terpuaskan melalui pengorbanan manusia. Biasanya, suku Aztec menggunakan musuh yang telah mereka kalahkan dalam perang sebagai persembahan. Namun dari sekian banyak perang yang dilakukan, hanya terdapat sedikit musuh yang dapat ditangkap. Mereka membutuhkan lebih banyak korban.
Suku Aztec pun membuat kesepakatan dengan Tlaxcala untuk membuat sebuah pertanian manusia. Kedua pasukan mengorganisir pertempuran hanya untuk menangkap para tahanan yang akan digunakan dalam pengorbanan, itu adalah kesepakatan bersama oleh kedua belah pihak. Tentara yang kalah tidak akan menangis atau mengeluh tentang nasib mereka. Mereka mengerti bahwa ini adalah bagian dari kesepakatan mereka, dan akan membiarkan diri mereka untuk dikorbankan.