Acara festival atau konser musik umumnya merupakan ajang untuk bersuka ria. Selain bisa melihat langsung aksi panggung musisi yang kita idolakan, kita juga bisa melakukan sing-along bersama penonton lainnya. Semakin menyenangkan jika kita datang dengan orang yang kita sayangi. Namun, tidak semua konser musik membawa kebahagiaan penontonnya. Banyak konser yang justru mendatangkan bencana, bahkan kematian. Berikut konser-konser yang memakan korban jiwa.

BURN, BANGKOK, THAILAND

Tahun baru, pada umumnya disambut dengan kebahagiaan. Namun, tidak dengan insiden di Santika Club di Bangkok, Thailand. Pada 1 Januari 2009 lalu, terjadi kebakaran yang setidaknya menewaskan 61 orang dan mencederai lebih dari 200 orang.

Menurut saksi mata, penyebab kebakaran tersebut adalah kembang api yang dinyalakan di malam pergantian tahun. Para korban meninggal akibat luka bakar, menghirup asap beracun, dan terinjak-injak. Mereka kesulitan keluar karena klub ini hanya memiliki satu pintu. Yang membuat merinding, band yang kebetulan tampil malam itu bernama “Burn”. Dan pesta itu diberi nama “Santika’s Last Night”.

UNDERGROUND, BANDUNG, INDONESIA

Pada 9 Februari 2008, terjadi sebuah tragedi konser musik di Gedung Asia Africa Culture Centre, Bandung, Jawa Barat. Pada awal pertunjukan konser, semua berjalan lancar. Namun, sekitar pukul 19.00 WIB, suasana mulai menjadi mengerikan. Bau alkohol memenuhi ruangan disertai kepulan asap rokok, sementara para penonton terus berjingkrak mengikuti irama musik.

Keadaan semakin kacau saat penonton di luar gedung yang tidak kebagian tiket berusaha masuk dan akhirnya diizinkan masuk oleh panitia. Saat itulah satu per satu penonton pingsan. Insiden ini pun mengakibatkan korban jiwa, sebanyak 11 orang dilaporkan meninggal dunia.

UNGU, PEKALONGAN, INDONESIA

Kejadian tidak menyenangkan dialami oleh band Ungu, saat melakukan konser pada tahun 2006 silam. Pada saat itu, Ungu mengadakan konser di Stadion Manggala Krida, Kedungwuni, Pekalongan, Jawa Tengah. Insiden bermula saat penonton berdesakan keluar setelah menyaksikan konser Ungu. Setidaknya, sepuluh orang penonton meninggal dunia, dan enam orang lainnya mengalami luka serius akibat terinjak-injak dan kekurangan oksigen.

EAGLES OF DEATH METAL, PERANCIS

Konser band rock asal California, yaitu Eagles of Death Metal di Paris berlangsung pada 13 November 2015 lalu. Awalnya, konser yang berlangsung di  Le Bataclan, Paris, itu dimasuki oleh beberapa orang pria yang bersenjata. Mereka menembaki kerumunan 1.500 orang penonton, dan mangakibatkan 90 orang tewas.

Pasukan pengamanan yang datang berhasil menembak salah satu pelaku, sedangkan dua pelaku lainnya bunuh diri dengan bahan peledak. Sebanyak 130 orang dilaporkan meninggal dunia, termasuk manager merchandise dari Eagles of Death Metal.

LOVE PARADE, DUISBURG, JERMAN

Ada lebih dari 200.000 orang yang menghadiri festival musik techno Love Parade di Duisburg pada 24 Juli 2010 lalu. Bukannya dipenuhi cinta, konser ini justru menjadi tragedi yang menyayat hati. Sebanyak 21 orang dari berbagai negara tewas di sebuah terowongan sempit menuju ke lokasi konser. Sekitar 652 orang terluka dan banyak orang yang mengalami trauma.

Entah bagaimana awalnya, ratusan ribu orang berdesak-desakan di terowongan tersebut. 19 orang tewas di lokasi kejadian, lalu disusul dengan kematian dua orang yang awalnya selamat, dan kemudian meninggal di rumah sakit.

ARIANA GRANDE, INGGRIS

Konser Ariana Grande di Manchester Arena pada 22 Mei 2017 silam, menjadi sebuah tragedi setelah seorang teroris meledakkan bom. Ledakan terjadi setelah Ariana Grande menyelesaikan penampilannya yang terakhir.

Tidak terluka, namun pelantun lagu ‘7 Rings’ tersebut mengungkapkan penyesalannya atas kejadian tersebut. Akibat dari tragedi tersebut, 23 orang penonton tewas, dan sekitar 100 penonton lainnya luka-luka.

CALLEJEROS, BUENOS AIRES, ARGENTINA

Konser band rock Callejeros di klub malam República Cromañón di Buenos Aires, Argentina, menimbulkan korban jiwa yang banyak. Sebanyak 194 orang meninggal dunia, dan sekitar 1.492 orang terluka pada peristiwa yang terjadi pada 30 Desember 2004 silam itu.

Penonton yang hadir berjumlah sekitar 3.000 orang, dua kali lipat dari kapasitas tempat. Api berkobar saat suar kembang api yang dinyalakan penonton mengenai busa di langit-langit. Padahal, pemilik klub dan vokalis band mengaku sudah memperingatkan pengunjung untuk tidak melakukan hal itu.

Seperti yang bisa ditebak, api semakin membesar. Mayoritas korban meninggal, karena menghirup gas beracun dan karbon monoksida. Ada banyak yang dipenjara akibat insiden ini, termasuk pemilik klub, personel Callejeros, dan manajer band.