Pemimpin Terkejam 1
Dalam memerintah, sudah cukup buruk jika seorang pemimpin menjerumuskan negaranya ke dalam masalah. Namun, itu belum seberapa jika mereka juga berubah menjadi pembunuh.
Perpaduan antara kekuatan dan kekayaan, membuat seorang pemimpin dapat menjadi monster sosiopat. Karena kekuatan eksekutif tertinggi, hal itu membuatnya sulit dihentikan. Berikut adalah beberapa pemimpin paling berbahaya sepanjang sejarah.
JEAN BEDEL BOKASSA
Jean Bedel Bokassa bertugas di militer Prancis selama Perang Dunia II. Saat sepupunya David Dacko menjadi presiden Republik Afrika Tengah pada tahun 1960, Bokassa ditempatkan sebagai penanggung jawab militer negara baru tersebut.
Lima tahun kemudian, Bokassa merebut kekuasaan melalui kudeta. Pada tahun 1972, Bokassa mendeklarasikan dirinya sebagai presiden. Pada tahun 1976, ia mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar dari Kekaisaran Afrika Tengah yang dinamai ulang.
Dia menghancurkan ekonomi negaranya karena biaya penobatannya setara dengan total produk domestik bruto CAE, dan dia melakukan kekerasan brutal hanya karena perbedaan pendapat.
Anak-anak dari para orang tua yang memprotes kebijakan terkait seragam sekolah, yang kebetulan dibuat oleh istrinya, ditangkap dan dibantai. Dia juga menerapkan sistem hukum yang kejam, termasuk melukai dan mengeksekusi hanya untuk kejahatan ringan, membunuh puluhan orang secara pribadi, dan dikabarkan telah memasak dan memakan saingan politiknya. Dia akhirnya digulingkan dalam kudeta pada tahun 1979.
RAJA LEOPOLD II
Leopold II memerintah Belgia selama periode kolonisasi intens yang dikenal sebagai Perebutan Afrika. Pada tahun 1885, Leopold mengambil alih wilayah yang sangat luas yang saat ini terdiri dari Republik Demokratik Kongo, dan meyakinkan para pemimpin Eropa lainnya bahwa ia ingin meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang tinggal di sana. Terkesan dengan visi kemanusiaan ini, rencana Leopold disetujui. Dia menamai koloni itu Negara Bebas Kongo.
Leopold merampok negara itu secara brutal, serta membuat penduduk Kongo sengsara karena menambang sumber daya untuknya. Diperkirakan setengah penduduk yang tinggal di sana meninggal di bawah pemerintahannya, banyak dari mereka yang kekurangan gizi dan menderita penyakit. Dia juga mengamputasi tangan dan kaki sebagai hukuman.
Pada tahun 1908, para pemimpin dunia tidak dapat mengabaikan kekejaman yang terjadi di Kongo, dan tekanan internasional memaksa Leopold untuk mengalihkan administrasi wilayah itu dari kendali pribadinya kepada pemerintah Belgia. Dia meninggal setahun kemudian, dan bebas dari hukuman apa pun atas tindakannya.
RUDOLF II
Rudolf II adalah Kaisar Romawi Suci dari tahun 1576 hingga 1612, serta raja Bohemia dan Hongaria dan Adipati Agung Austria. Rudolph II pernah mengalami depresi berat, di mana ia mengisolasi dirinya, dan mengabaikan urusan negara.
The Holy Roman Empire Association melaporkan bahwa hal ini menimbulkan banyak kekacauan, dan menjadi lebih buruk saat Rudolph memutuskan untuk berperang melawan Kekaisaran Ottoman pada tahun 1593, dan hal ini menyebabkan kejatuhannya.
Pada 1605, ia terpaksa memberikan mahkota Hongaria kepada adiknya, Matthias. Lalu, orang-orang Protestan di Bohemia menuntut persamaan hak, dan Rudolph terpaksa menyerah agar keadaan tetap stabil. Namun, pada tahun 1611, Rudolph menyerahkan Bohemia kepada Matthias juga.
Kekacauan dan ketidakmampuan Rudolph mengarah langsung ke Perang Tiga Puluh Tahun, yang dimulai saat para pemrotes Bohemia bangkit untuk mendapatkan hak-hak mereka yang telah ia janjikan.
VLAD THE IMPALER
Vlad III adalah penguasa Wallachia, daerah yang terletak di Rumania modern pada abad ke-15. Ayahnya telah digulingkan dengan kejam oleh bangsawan lokal yang disebut Boyar.
Vlad balas dendam dengan mengundang semua Boyar dalam sebuah makan malam, lalu membunuh mereka semua dan menusuk mereka dengan paku, membuatnya mendapat julukan Vlad the Impaler.
Diperkirakan pasukannya membunuh sekitar 80.000 orang saat berperang melawan Kekaisaran Ottoman, termasuk 20.000 yang telah ditusuk Vlad di luar kota Targoviste sebagai peringatan kepada tentara Ottoman yang mendekat.
Vlad pun tampak bangga dengan pembantaiannya, menulis kepada sekutunya pada tahun 1462, “Saya telah membunuh petani, pria dan wanita, tua dan muda. Kami membunuh 23.884 orang Turki, tanpa menghitung mereka yang kami bakar di rumah atau orang Turki yang kepalanya dipenggal oleh tentara kita.”