Selama ribuan tahun, manusia telah mempelajari cara untuk memelihara hewan dalam peternakan agar manusia dapat memenuhi kebutuhannya dari hewan tanpa harus repot berburu di alam liar. Namun, ternyata ada peternakan yang berisikan hewan-hewan tidak biasa dan umum untuk diternakkan. Berikut ini adalah peternakan hewan yang tidak lazam ada di Dunia.

Nyamuk

Nyamuk adalah serangga terbang yang sering dianggap manusia sebagai serangga pengganggu. Hal itu dikarenakan, nyamuk betina memiliki kebiasaan untuk menghisap darah dan meninggalkan rasa gatal pada korbannya.

Jika korban gigitan nyamuk hanya merasa gatal, maka mereka masih dapat dikatakan beruntung. Nyamuk juga dapat menyebarkan penyakit berbahaya seperti malaria, demam berdarah, chikungunya, dan sebagainya. Selain nyamuk menggigit, suara dengungan nyamuk saat terbang sudah cukup mengganggu.

Dengan melihat hal tadi, sulit membayangkan jika ada manusia yang memelihara nyamuk. Meskipun aneh, di dunia ini ternyata ada orang yang memelihara nyamuk. Di Guangzhou, China selatan, terdapat peternakan nyamuk yang berisi jutaan ekor nyamuk. Tujuan budidaya nyamuk ini adalah untuk membasmi nyamuk dengan nyamuk.

Nyamuk jantan yang ada di peternakan ini sudah diinfeksi dengan bakteri Wolbachia. Saat nyamuk tersebut dilepas ke alam bebas, maka nyamuk-nyamuk itu akan melakukan perkawinan dengan nyamuk betina.

Saat itulah, bakteri Wolbachia menunjukkan fungsinya. Begitu bakteri tersebut memasuki tubuh nyamuk betina melalui perkawinan, telur-telur yang dikeluarkan oleh nyamuk betina semuanya tidak bisa menetas. Bakteri tadi juga membantu menghalangi perkembangan virus Zika, virus berbahaya yang menggunakan nyamuk sebagai hewan perantaranya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk membatasi perkembangbiakan nyamuk di alam liar, jumlah nyamuk yang dipelihara dalam peternakan pun mencapai jutaan ekor. Jika segalanya berjalan sesuai rencana, diharapkan tidak ada lagi nyamuk penyebar penyakit yang hidup di alam bebas karena mereka berada dalam kondisi mandul.

Kecoa

Bagi manusia, kecoa adalah hewan yang menjijikkan dan berbahaya. Alasannya, karena hewan ini memiliki kebiasaan untuk hidup di tempat kotor seperti tempat sampah. Kecoa juga tergolong sebagai hewan yang sulit dibasmi, karena saat manusia ingin membunuhnya kecoa akan melarikan diri ke tempat yang sulit dijangkau.

Lepas dari reputasi negatif yang dimilikinya, ternyata ada orang yang memelihara kecoa. Di China, peternakan kecoa merupakan peternakan yang cukup banyak ditemui. Bangunan yang digunakan sebagai peternakan kecoa biasanya merupakan bangunan yang bagian dalamnya gelap dan lembab agar kecoa betah di dalamnya. Jumlah kecoa yang dalam satu ruangan dapat mencapai 20 juta ekor. Kecoa-kecoa tersebut diberi makan dari sisa makanan restoran.

Orang bersedia memelihara kecoa, karena kecoa memiliki banyak manfaat bagi konsumennya. Bagi peternak unggas dan babi, kecoa dapat digunakan sebagai pakan yang kaya akan protein. Manusia juga ada yang mengkonsumsi kecoa sebagai makanan dan obat tradisional. Kecoa yang sudah dilumat dan dijadikan minuman, konon dapat mengecilkan tumor.

Lintah

Lintah merupakan hewan yang menyerupai cacing yang terkenal dengan kebiasaannya menghisap darah. Begitu terkenal akan kebiasaan lintah tersebut, muncullah istilah “lintah darat” untuk menyebut orang yang mencari keuntungan dari orang yang terlilit hutang.

Kebiasaan lintah untuk menghisap darah tidak selalu dipandang negatif oleh manusia. Selama ribuan tahun, manusia pernah menggunakan lintah sebagai terapi pengobatan. Saat dokter ingin mengeluarkan darah dari tubuh pasiennya, dokter akan menempelkan lintah pada kulit orang tersebut.

Praktek mengeluarkan darah tersebut dikenal sebagai bloodletting. Di masa kini, praktik bloodletting sudah susah dijumpai akibat majunya teknologi kedokteran dan pemahaman manusia akan cara kerja tubuh manusia.

Walaupun begitu, penggunaan lintah di bidang medis nyatanya tidak dilupakan. Karena air liur lintah mengandung zat yang dapat menghambat pembekuan darah, lintah tetap dipandang sebagai hewan yang penting. Saat seseorang baru menjalani operasi, lintah yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu dapat membantu darah mengalir ke bagian tubuh tersebut.

Agar manusia dapat memiliki persediaan lintah yang cukup tanpa harus susah payah terjun ke sungai, kini sudah ada budidaya lintah. Di peternakan lintah, pemilik akan memberi makan lintah-lintah peliharaannya dengan sosis yang diolesi darah kambing. Saat lintah sudah cukup besar, lintah sudah bisa dipanen dan dijual ke rumah sakit yang membutuhkan.

Ular Berbisa

Jika bicara soal hewan yang diternakkan untuk diperah, maka hewan mamalia seperti sapi bakal menjadi hewan yang pertama muncul di pikiran banyak orang. Sapi bukanlah satu-satunya hewan yang diternakkan untuk diperah, ular berbisa pun ternyata juga ada yang diternakkan untuk tujuan serupa.

Institut Memorial Ratu Seovabha adalah nama dari sebuah instansi yang terletak di Bangkok, Thailand. Di tempat ini, pengunjung dapat melihat banyak koleksi ular berbisa. Tujuan ular-ular tersebut diternakkan bukan hanya untuk dijadikan tontonan semata, tapi untuk diperah racunnya.

Ular bisa diperah dengan cara menancapkan taringnya pada tutup toples yang terbuat dari karet. Tekanan yang ditimbulkan oleh karet akan menyebabkan racun ular menetes keluar dari taringnya. Jika jumlah racun yang terkumpul sudah cukup banyak, racun ular tersebut kemudian disimpan agar dapat digunakan di lain waktu.

Walau terlihat menakutkan, ada alasan kuat mengapa racun ular diperah secara sengaja. Dengan mempelajari racun ular, maka ilmuwan dapat menciptakan serum yang cocok untuk menyembuhkan orang yang digigit oleh ular berbisa.

Di Institut Memorial Ratu Seovabha, praktek memerah racun dapat dilihat oleh wisatawan dengan membayar biaya masuk. Tidak mengherankan jika tempat ini cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar Thailand.