Teroris Wanita Cantik Terkejam Di Dunia
Teroris adalah seseorang yang merasa dirinya adalah pejuang pembebasan, dan tindakannya memang telah direncanakan oleh sang pelaku. Bahkan, ada juga yang dilakukan secara berkelompok. Teroris ini termasuk seseorang yang terlibat dalam kasus kriminal, karena kebanyakan telah memakan korban. Kebanyakan pelaku teroris adalah seorang pria, namun siapa sangka seorang wanita juga dapat menjadi pelaku teroris yang tidak kalah kejamnya.
Teroris wanita ini tidak kalah kejamnya dengan teroris pria, bahkan mereka dapat menjadi seorang teroris yang lebih kejam dengan aksi terorisme yang mereka lakukan. Mereka telah banyak membunuh orang-orang yang sebagian adalah orang yang tidak bersalah. Teroris wanita yang ditangkap pun ada yang mendapat hukuman yang berat. Hukuman tersebut dapat berupa hukuman penjara seumur hidup, dan ada juga yang mendapat hukuman mati. Kasus hukuman mati dari teroris wanita ini mungkin telah banyak diketahui oleh sebagian besar Masyarakat. Berikut beberapa teroris wanita paling kejam di dunia.
Leila Khaled
Leila Khaled adalah seorang wanita yang bergabung dengan sebuah organisasi yakni Garda Popular Pembebasan Amerika atau Popular Front for The Liberation of Palestine (PFLP). Pada tahun 1969, perempuan kelahiran 9 April 1944 ini terlibat dalam aksi pembajakan pesawat Trans World Airline (TWA) 840 yang memiliki rute Roma-Tel Aviv. PFLP telah mendapat informasi bahwa di dalam pesawat tersebut juga ada Dubes Israel untuk Amerika Serikat (AS), Yitzak Rabin, saat itu. Namun ternyata informasi tersebut tidak benar, dan pembajakan pesawat yang dilakukannya berhasil untuk bertukar tahanan yang telah disandera oleh Israel.
Pembajakan pesawat kembali ia lakukan bersama Patrick Arguello, yang merupakan warga Nikaragua. Mereka membajak pesawat Israel AI EI 219 yang memiliki rute Amsterdam menuju New York City pada tahun 1970. Namun ternyata Patrick ditembak mati oleh salah satu penumpang pesawat, dan aksi pembajakan tersebut gagal. Leila ahirnya ditangkap dan ditahan oleh Polisi Inggris, dan ia baru dibebaskan setelah adanya pertukaran tawanan.
Patty Hearst
Patty Hearst adalah seorang perempuan yang pernah bergabung dengan Symbionese Liberation Army (SLA). Pada awalnya, pemilik nama lengkap Patricia Campbell Hearst ini adalah diculik oleh SLA, dan mereka meminta tebusan pada Ayah Patty. SLA adalah sebuah gerakan revolusi yang menganggap bahwa diri mereka adalah tentara garda depan pada tahun 1973-1975 yang dipimpin oleh Donald Defrezee. Motif mereka adalah memperjuangkan kesejahteraan kaum dari golongan rendah, namun yang mereka lakukan adalah dengan menculik, membunuh, dan melakukan aksi kekerasan lain.
Penculikan pada Patty, contohnya. SLA menyerang apartemen Patty dan memukuli tunangannya, lalu membawa kabur Patty. Kasus tersebut langsung membuat geger masyarakat Amerika Serikat. Mereka meminta agar Ayah Patty mau memberi makan pada semua orang miskin yang ada di California dengan memberikan 70 Dolar Amerika, namun Ayah Patty mengatakan bahwa ia hanya bisa memberi 6 Juta Dolar Amerika saja.
Pada April 1974, SLA mengirimkan rekaman suara Patty yang mengatakan bahwa ia telah bergabung dengan SLA. Patty telah mengalami Syndrom Stockholm, dimana setelah ia menjadi korban penculikan ia justru menjadi bersimpati pada pihak penculiknya. Patty telah berhasil di cuci otaknya. Setelah itu pada September 1975, Patty ditangkap oleh Polisi San Fransisco dan FBI bersama dengan Wendy Yoshimura, yang juga merupakan anggota SLA lainnya.
Rose Dugdale
Rose Dugdale merupakan seorang putri dari jutawan di Inggris, yang entah kenapa ia memilih menjadi pemberontak di negerinya sendiri daripada harus menikmati kemewahan dalam hidupnya. Rose menjadi seseorang yang keras untuk menuntut suatu perubahan saat ia menjalani pendidikannya di Oxford University. Setelah ia lulus, ia bergabung dengan gerakan sipil yang ada di Irlandia Utara yang bernama AIRA. Rose bahkan telah melawan Ayahnya sendiri yang menentang perbuatan Rose, tetapi ia justru berusaha untuk merampok rumah Ayahnya pada tahun 1973.
Rose pun pernah terlibat saat ia dan anggota kelompok AIRA yang lain berusaha untuk melakukan aksi peledakan di Stasiun Royal Ulster Constabulary pada Januari 1974 dengan menggunakan helikopter. Namun bom yang ditaruh di sebuah kendi susu untungnya tidak meledak. Pada 25 Juni 1974, Rose akhirnya ditangkap atas kasus pencurian benda seni dengan hukuman 9 tahun penjara.
Shahidka
Pada hari Minggu, 29 Desember 2013 lalu, telah ada pengeboman yang terjadi tepat di pintu masuk stasiun kereta di Volgograd, Rusia. Akibat kejadian tersebut, 16 orang pun meninggal dunia dan 45 lainnya mengalami luka-luka. Diduga pelakunya adalah kelompok Shahidka (Black Widow), yang merupakan suatu kelompok peneror yang melakukan penyerangan untuk menrik perhatian pemerintah Rusia. Sebenarnya istilah Shahidka (Black Widow) ini pertama kali digunakan oleh pers Rusia dan ditujukan oleh para perempuan yang telah menjadi janda, mereka merelakan dirinya untuk menjadi martir demi menuntut balas atas kematian suami-suami dan anggota keluarga mereka.
Pemimpin dari kelompok ini adalah Roza Nagayeva dan Mariam Taburova. Selain menyerang, mereka pun telah menyiapkan bom bunuh diri dalam aksinya. Penyerangan terbesar yang pernah dilakukan oleh Black Widow adalah pada September 2004, dimana mereka telah menyerang sekolah North Ossetia. Dalam aksinya tersebut, Black Widow telah menewaskan 394 warga sipil, dan 186 diantaranya adalah anak-anak.
Ulrike Marie Meinhof
Pada tahun 1970, ada sebuah organisasi militan sayap kiri di Jerman. Organisasi tersebut bernama Red Army Fraction (RAF) dengan pendirinya yang merupakan seorang wanita, salah satunya yakni Ulrike Marie Menhoff. RAF memiliki moto sosialis komunis, mereka ingin memperjuangkan orang-orang dari golongan sosial yang rendah dan juga mereka anti pada sistem politik dan mengatasnamakan rakyat yang memiliki tujuan untuk menjajah negara lain. Ulrike kemudian menjadi teroris wanita yang paling fenomenal bersama aksi-aksi yang mereka lakukan dengan adanya pembunuhan, penembakan, dan juga melakukan peledakan di beberapa rumah pejabat, gedung-gedung pemerintah, serta bank pun menjadi sasaran mereka.
RAF juga melakukan aksi perampokan pada Bank, dengan tujuan untuk merebut uang orang kaya yang dianggap sebagai kaum kapitalis, dan kemudian akan mereka bagikan kepada orang-orang miskin. Bukannya terkesan baik, mereka justru banyak menelan korban yang tidak berdosa. Ulrike akhirnya ditangkap dan ditahan di penjara Stammhalm, Jerman selama 4 tahun. Namun tidak disangka, Ulrike ditemukan telah tewas karena ia gantung diri di dalam selnya.