Negara Jepang memang dikenal sebagai negara yang disiplin, jujur, dan taat aturan. Walau masyarakatnya homogen, ketertiban negara tersebut memang layak untuk diacungi jempol. Namun, fakta-fakta tentang sisi gelapnya negara Jepang juga tidak kalah mengejutkan. Berikut fakta sisi gelap di Negara Jepang.

AMAN, NAMUN TETAP ADA KRIMINALITAS

Seaman-amannya Negara Jepang, tetap saja ada aksi kriminalitas. Banyak kisah yang menceritakan pengalaman bagaimana dompet yang hilang bisa kembali ke alamat pemilik dan itu bukan kebohongan. Namun juga harus digaris bawahi, tidak semua akan kembali atau andai kembali pun bisa jadi isi uang dalam dompetnya sudah hilang.

BULLYING (IJIME)

Di balik disiplin dan mandirinya anak sekolah Jepang, ada fakta mengejutkan bahwa hampir setiap anak pernah mengalami bullying di sekolahnya baik verbal maupun secara tindakan. Yang paling banyak adalah siswa kelas 2 SD (data pada 2019, sebanyak 96.366 siswa kelas 2 SD mengaku pernah mengalami bullying).

Menurut data yang ada, dibandingkan siswa SMP dan SMA, justru siswa SD yang lebih banyak mengalaminya. Hal yang lebih parah lagi, budaya bullying sudah ada sejak dulu, bahkan sampai ada yang melakukan bunuh diri. Mereka meninggalkan suicide note dan menulis kalau mereka mengalami bullying.

GELANDANGAN TUNA WISMA

Pemikiran tentang negara Jepang yang maju dan rakyatnya tidak ada yang miskin, pemikiran itu langsung hilang saat melihat sendiri ternyata ada tuna wisma di Osaka dan Tokyo. Siang hari mereka mungkin “bersembunyi”, tetapi saat malam hari mereka mulai tidur di bawah jembatan layang, stasiun, bantaran sungai, atau taman kota.

Kota Kamagasaki yang terletak di Nishinari-ku, Osaka, juga menjadi topik jika membicarakan kemiskinan di Jepang. Menurut sejarah, pada 1960-an Kamagasaki merupakan tempat para pekerja buruh harian lepas seluruh Jepang yang ingin mencari pekerjaan harian. Mereka merupakan pekerja non terampil sehingga rela dibayar murah. Menurut data, pada 2012 – 2016, ada sekitar 6.235 tuna wisma yang tersebar di seluruh Jepang, dan yang terbanyak ada di Osaka dan Tokyo.

GILA KERJA

Sebenarnya, jika urusan kerja orang Jepang terkenal sebagai pekerja keras. Namun di sisi lain, mereka terkesan ambisius dan menggebu-gebu. Bekerja maksimal saat jam kerja itu memang sudah seharusnya, namun kalau di luar jam kerja dan tidak dibayar itu bukanlah hal lumrah. Minum-minum setelah kerja atau main golf saat weekend merupakan budaya kerja mereka.

 

Oleh karena itu, pemandangan salaryman yang tertidur mabuk di stasiun daerah Tokyo bisa jadi merupakan hal yang biasa. Pulang kerja masih berjas rapi jam 1 pagi itu juga hal yang biasa. Tidak heran jika akhirnya banyak pekerja Jepang yang meninggal dunia akibat kelelahan saat bekerja (karoushi).

JAGA JARAK DENGAN ORANG ASING

Harus mempersiapkan mental sebelum merantau ke negara Jepang. Walau mereka tidak melakukan diskriminasi, namun mereka memilih untuk jaga jarak dengan orang asing. Jika tidak terpaksa, mereka memilih untuk tidak berurusan dengan orang asing. Hal ini dimungkinkan karena dasar orang Jepang itu individualismenya tinggi.

INDUSTRI HIBURAN DEWASA

Industri JAV adalah salah satu sisi gelap Jepang yang mendunia. Jika tahu dengan Kakek Sugiono, bisa dipastikan bahwa orang tersebut pernah menonton film dewasa buatan Jepang. Di Jepang, komik, buku, maupun film berisi konten dewasa memang tidak dilarang, namun hanya dibatasi. Hanya yang orang dewasa yang sudah berusia 18 tahun ke atas yang boleh membelinya.

Fenomena joshi-kousei (siswi SMA) juga termasuk salah satu sisi gelap dalam dunia industri hiburan Jepang. Entah mereka benar siswi SMA, atau perempuan dewasa yang menyamar. Faktanya, lokalisasi di Tokyo banyak sekali perempuan berkostum siswi SMA yang menawarkan paket hiburan dewasa ini. Tidak hanya itu, lelaki penghibur yang berdandan sangat memesona juga ikut menarik perhatian.

PELECEHAN SEKSUAL

Selain budaya patriarki yang dipegang erat oleh Jepang hingga sekarang, kenyataan bahwa Jepang masih bias terhadap perempuan memang tidak bisa dipungkiri. Walau mengalami pelecehan seksual di tempat kerjanya, banyak perempuan yang malu dan takut untuk speak up.

Banyak perempuan yang mengalami pelecehan seksual di kereta saat jam-jam sibuk. Saat melapor ke polisi, urusannya panjang dan justru akan ribet sendiri. Oleh karena itu, banyak perempuan yang akhirnya memilih untuk tidak melaporkannya. Walau sebetulnya ada solusi dari pemerintah dengan menyediakan gerbong khusus perempuan dan sedikit mengurangi kasus pelecehan ini, namun itu tidak berdampak terlalu besar.

Hal yang paling mengejutkan, yaitu banyaknya pencurian pakaian dalam perempuan. Tidak jarang, ini dilakukan ke perempuan yang tinggal sendiri atau justru yang sudah berkeluarga. Walau begitu, hal tersebut juga tidak dilaporkan ke polisi.