Jepang merupakan negara dengan keyakinan tradisional yang beraneka ragam. Oleh karena itu, kelompok-kelompok yang mengusung aneka macam aliran dan keyakinan dapat tumbuh subur di negara tersebut.

Dalam perkembangannya, banyak dari kelompok tersebut yang kemudian menumbuhkan cara pandang yang terkesan menyimpang sebagai akibat kemajuan teknologi dan prinsip keyakinan mereka yang tidak biasa. Berikut kelompok rahasia paling aneh yang pernah, atau masih aktif di Jepang.

AUM SHINRIKYO

Berbicara soal peristiwa serangan teror yang pernah terjadi di Jepang pada era modern, Aum Shinrikyo akan menjadi nama yang sering disebut. Aum Shinrikyo adalah kelompok keagamaan yang dibentuk dan dipimpin oleh Shoko Asahara.

Aum Shinrikyo terbentuk pada tahun 1980-an dengan mengombinasikan ajaran dari berbagai macam agama. Kelompok ini mendapatkan pemasukan dengan cara menarik iuran dari anggotanya. Pada puncaknya, Aum Shinrikyo dikabarkan memiliki anggota berjumlah puluhan ribu.

Golongan yang direkrut oleh Aum Shinrikyo untuk menjadi anggota baru biasanya dari kalangan mahasiswa. Pasalnya kalangan mahasiswa memiliki kondisi mental yang rentan akibat tingginya tekanan di kampus dan dunia kerja kelak. Aum Shinrikyo lantas memosisikan diri mereka sebagai kelompok yang menawarkan ketenangan batin.

Aum Shinrikyo meyakini, bahwa Perang Dunia Ketiga akan muncul. Agar mereka selamat saat perang tiba, Aum Shinrkyo menyimpulkan bahwa mereka harus memulai serangan terlebih dahulu.

Atas dasar itulah, sejumlah anggota Aum Shinrikyo melakukan serangan gas beracun di kereta penumpang Tokyo pada tanggal 20 Maret 1955. Akibat seranganitu, sebanyak 13 orang meninggal dunia, dan lebih dari 5.000 orang harus menerima perawatan.

Setelah peristiwa tersebut, Aum Shinrikyo ditetapkan sebagai kelompok terlarang. Shoko Asahara selaku pemimpin kelompok ini dijatuhi hukuman mati. Sisa-sisa anggota Aum Shinrikyo yang belum tertangkap melarikan diri ke Eropa Timur, dan negara-negara bekas Uni Soviet.

FRONT BERSENJATA ANTI JEPANG

Jepang dikenal sebagai negara dengan tingkat kriminalitas rendah, namun hal tersebut tidak membuat Jepang benar-benar aman dari serangan teror. Pada tahun 1970-an, Jepang pernah diteror oleh kelompok yang menyebut dirinya dengan nama Front Bersenjata Anti Jepang.

Kendati mengusung nama Anti Jepang, kelompok ini justru beranggotakan orang-orang Jepang. Front Bersenjata Anti Jepang menganut ideologi kiri, dan menganggap kalau Jepang bertanggung jawab atas kerusakan yang ditimbulkan ke negara tetangga di masa lampau. Front Bersenjata Anti Jepang juga meyakini kalau suku mayoritas Jepang yang sekarang (Yamato) sudah melakukan diskriminasi kepada suku-suku minoritas seperti Ainu, Korea, dan lain sebagainya.

Atas dasar itu, kelompok ini melakukan aksi pemboman ke tempat yang mereka yakini memperbudak suku minoritas. Salah satu serangan mereka yang paling terkenal, yaitu saat mereka meledakkan bom di markas pusat perusahaan Mitsubishi. Akibat serangan tersebut, sebanyak 8 orang menjadi korban.

Polisi Jepang tidak tinggal diam saat melihat serangan demi serangan yang dilancarkan oleh Front Bersenjata Anti Jepang. Mereka membubarkan kelompok tersebut dengan paksa, dan berhasil menangkap sejumlah petingginya. Salah satu petinggi Front Bersenjata Anti Jepang yang berhasil ditangkap oleh polisi adalah Masashi Daidoji. Sebagai hukuman atas keterlibatannya dalam pemboman Mitsubishi, Daidoji dijatuhi hukuman mati.

KLUB BUNUH DIRI INTERNET JEPANG

Jepang merupakan salah satu negara paling maju dan paling makmur di Asia. Namun di balik kehebatan tersebut, ada pula sisi gelap di baliknya. Tingginya beban pekerjaan dan biaya hidup di Jepang menyebabkan banyak rakyat Jepang yang mengalami stres.

Saat mereka sudah merasa begitu frustrasi dengan hidupnya, mereka nekat melakukan bunuh diri. Sebagai akibatnya, Jepang saat ini menjadi salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia.

Seiring majunya perkembangan zaman, mereka yang memiliki keinginan untuk bunuh diri kini mulai menjalin kontak satu sama lain lewat internet supaya mereka dapat saling berbagi informasi mengenai cara bunuh diri tanpa merasa sakit.

Saat jumlah mereka semakin banyak, terbentuklah klub khusus bunuh diri yang keanggotaannya berganti-ganti. Tidak diketahui kapan klub ini terbentuk, polisi baru mengetahui keberadaan klub ini pada tahun 2003.

Polisi tidak pernah berhasil membubarkan klub ini, karena tidak memiliki struktur keanggotaan yang jelas. Setiap kali wadah tempat mereka berkumpul ditutup paksa oleh polisi, mereka akan muncul lagi di tempat lain. Selama masalah tekanan sosial di Jepang belum berhasil diatasi, selama itu pula klub macam ini akan tetap ada di Jepang.

LABORATORIUM PANA WAVE

Banyak orang yang terobsesi dengan hari kiamat. Mereka berharap jika mereka tahu kapan dan bagaimana hari kiamat terjadi, mereka dapat mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya momen penentuan tersebut.

Hal itu menginspirasi Yuko Chino mendirikan organisasi bernama Laboratorium Pana Wave pada tahun 1977. Menurut keyakinan Chino dan pengikutnya, semua bencana yang ada di Bumi disebabkan oleh gelombang elektromagnetik Bumi. Mereka juga meyakini akan datangnya planet kesepuluh dalam Tata Surya. Saat planet tersebut muncul, medan magnet Bumi akan mengalami kekacauan dan terjadilah kiamat.

Chino juga meyakini bahwa Uni Soviet memanfaatkan medan magnet untuk melemahkan penduduk Jepang. Dengan merujuk pada keyakinan itu, para anggota Lab Pana Wave memakai pakaian khusus yang diyakini akan melindungi pemakainya dari serangan gelombang elektromagnet.

Lab Pana Wave mulai menyita perhatian masyarakat umum ketika pada bulan Maret 2003, kelompok ini mencoba menculik seekor anjing laut di Tokyo. Menurut mereka, jika anjing laut tersebut tidak dikembalikan ke habitat asalnya, bencana kiamat akan terjadi.

Sekitar 2 bulan kemudian, anggota Lab Pana Wave beramai-ramai menuju ke sebuah desa terpencil karena mereka meyakini kiamat akan segera tiba. Saat kiamat yang mereka klaim ternyata tidak terjadi, sepak terjang kelompok ini tidak pernah terdengar lagi.

YAYASAN YAMAGISHI

Miyozo Yamagishi adalah seorang pria yang sehari-harinya bekerja sebagai peternak ayam. Semasa hidupnya, ia melihat sendiri bagaimana Jepang yang awalnya berada dalam kondisi porak poranda secara perlahan berhasil memulihkan diri bahkan mengalami industrialisasi pesat.

Periode industrialisasi tersebut turut diikuti dengan munculnya golongan yang kesulitan beradaptasi dengan industrialisasi tersebut, dan akhirnya menjadi golongan yang terpinggirkan. Situasi tersebut lantas menarik perhatian Yamagishi. Untuk menampung orang-orang yang terpinggirkan tersebut, Yamagishi  mendirikan organisasi bernama Yayasan Yamagishi pada tahun 1952.

Lambat laun, semakin banyak orang yang bergabung dengan yayasan tersebut sehingga Yayasan Yamagishi saat ini memiliki anggota mencapai ribuan orang. Selain beranggotakan orang-orang Jepang, Yayasan Yamagishi juga memiliki anggota dari luar negeri.

Para anggota Yayasan Yamagishi hidup dalam komunitas bersama yang menjalani kehidupan tradisional secara bergotong royong. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, para anggota Yayasan Yamagishi hidup dari jualan hasil bumi dan peternakan.

Sekilas tidak ada yang aneh dari Yayasan Yamagashi, namun dari kesaksian mantan anggotanya, mereka yang ingin diterima menjadi anggota tetap Yayasan Yamagashi harus menyumbangkan seluruh hartanya.

Yayasan Yamagashi juga mengharuskan anak-anak yang usianya 5 tahun ke atas untuk hidup terpisah dari orang tuanya. Anak-anak tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kelompok khusus yang semua anggotanya juga masih berusia anak-anak, lalu mereka dididik supaya bisa hidup mandiri sejak dini.