Mary Tudor, Si Hantu Bloody Mary
Mary Tudor merupakan salah satu ratu Inggris yang bisa dibilang paling diingat oleh banyak orang hingga saat ini. Tidak hanya di Inggris, tapi hampir di seluruh dunia pun sepertinya tahu mengenai profil dari ratu inj. Terkenalnya nama Mary sendiri bukan karena jasanya yang hebat, macam menyelamatkan rakyat dari kelaparan, menghancurkan sistem yang korup, atau semacamnya. Namun terkenalnya ratu ini karena hal buruk yang dilakukannya.
Mary Tudor begitu diingat karena kebiadabannya sebagai seorang penguasa negeri. Salah satu contohnya adalah ketika Ia mencoba memaksa semua rakyatnya kembali pada agama ke suatu agama dan berusaha menyingkirkan kepercayaan lain. Padahal urusan kepercayaan adalah hak asasi pribadi. Ketika melakukan pemaksaan ini, sang ratu pun juga tidak segan menyiksa siapa pun yang melawan perintahnya. TakTak hanya itu, masih banyak hal biadab lainnya yang dilakukan oleh sang ratu.
Mary adalah perempuan kelahiran 18 Februari 1516. Dia merupakan anak dari Henry VIII dengan istri pertamanya, Catherine of Aragon. Kelahiran Mary sendiri sebetulnya bukan sesuatu yang disukai, Raja bahkan cukup kecewa dengan munculnya si calon ratu ini. Alasannya tak lain karena raja Henry VIII sesungguhnya menginginkan anak laki-laki sehingga bisa mewarisi kerajaan Inggris nantinya.
Meski sejak awal kelahirannya tidak diharapkan, namun Mary muda adalah seorang yang memiliki banyak prestasi. Ia merupakan musisi yang berbakat. Mary bisa menulis, membaca dan juga bisa menguasai beberapa bahasa. Sayangnya, meskipun memiliki segudang prestasi, terlahir menjadi seorang perempuan ternyata tetap menjadi kendala bagi Mary untuk menjadi penerus tahta.
Mary mengalami nasib yang buruk setelah perceraian ayah dan ibunya. Ketika itu ia seolah tak memiliki status apa pun. Bahkan ketika sang ayah menikah lagi Mary seolah tak pernah dianggap dan kesannya dibuang begitu saja. Di sisi lain, sang ayah yang memiliki anak laki-laki bernama Edward langsung menunjuknya sebagai calon penerus tahta.
Namun, sayangnya Edward tidak berumur panjang. Ia meninggal karena penyakit tuberculosis pada tahun 1553. Kematian Edward tentu saja menjadi berkah tersendiri bagi Mary. Entah bagaimana ceritanya, di tahun yang sama dengan kematian Edward, Mary berhasil merebut tahta dan menjadi penguasa Inggris.
Selama masa pemerintahannya, Mary Tudor berusaha untuk mengembalikan kerajaan Inggris pada agama Katolik. Mary menikah dengan Phillip II dari Spanyol untuk mempererat aliansi dengan komunitas Katolik.
Cara yang ia lakukan pun tergolong ekstrim,, setidaknya Mary menghukum matuli 300 umat Protestan yang menentangnya dengan cara membakar mereka hidup-hidup. Karena tindakan kejinya tersebut, ia pun dikenal dengan julukan Bloody Mary.
Meski pada awalnya pernikahan Mary dengan Philip II berjalan baik, namun tidak adanya keturunan di antara mereka menimbulkan masalah tersendiri. Sementara Philip II ditolak menjadi raja. Akhirnya Philip pun kembali ke Spanyol, meninggalkan Mary seorang diri yang saat itu Mary sedang dalam kondisi sakit.
Mary mengalami sakit perut yang hebat, ia juga kehilangan penglihatannya. Penyakit yang tidak diketahui pasti tersebut pada akhirnya mengantarkan Mary pada ajalnya. Setelah kematian Mary, tahtanya digantikan oleh kakak tirinya, Elizabeth.
Jauh setelah kematian Mary, namanya terus dikenang. Bahkan menjadi satu kisah mistis yang turun-temurun. Ya, hantu Bloody Mary. Menurut riwayat sosok Mary ini bisa dipanggil ketika seseorang memanggilnya ketika menghadap ke sebuah cermin besar di kamar mandi.
Setelah lampu dimatikan, orang yang berniat memanggil Mary akan menyalakan lilin dan memanggilnya perlahan-lahan, “bloody mary… bloody mary… bloody mary…” sebagian orang percaya dengan mitos tersebut dan mencobanya. Yang terjadi kemudian, tidak ada yang bisa mengetahui dengan pasti.
Keberadaan Mary Tudor menambah satu nama jajaran penguasa wanita yang memiliki hati keji. Namanya hingga kini pun menjadi sejarah akibat kekejamannya. Semoga saja di zaman mendatang tidak ada lagi pemerintahan dengan pemimpin beringas yang menyengsarakan rakyatnya.
Di cerita lainnya dari rakyat Barat, Bloody Mary adalah setan atau penyihir yang dikatakan akan muncul di kaca ketika namanya dipanggil tiga kali atau lebih, tergantung versi cerita, sering digunakan sebagai bagian dari permainan. Cerita yang sangat mirip lainnya dengan nama yang sama adalah Mary Worth, Mary Worthington, Hell Mary, dan Black Agnes.
“Bloody Mary” adalah permainan dan hantu dengan yang sama (atau nama lainnya, seperti “Mary Worth”) dikatakan akan muncul di kaca ketika dipanggil. Juga dikatakan bahwa jika berkata carol tiga kali, hantu kaca akan tiba. Salah satu cara umum untuk membuatnya muncul adalah berdiri di depan kaca dalam kegelapan (biasanya di kamar mandi) dan mengulangi namanya tiga kali. Bloody Mary Worth digambarkan juga sebagai pembunuh anak-anak.
Bloody Mary adalah legenda Amerika, yaitu seorang wanita, Mary Whirnington yang dikabarkan meninggal di depan cermin. beberapa juga mengatakan kalau meninggal dibunuh dengan kejam oleh kekasihnya atau teman kencannya. beberapa menganggapnya seorang penyihir. Arwah Mary, terperangkap di dalam cermin sehingga ia tidak bisa keluar kecuali ada seseorang yang membuka jalannya dan karena terlalu lama terperangkap di dalam cermin, jiwanya menjadi marah, hampa dan bisa melakukan hal-hal yang di luar batas kemanusiaan. Bloody Mary dapat dipanggil dengan cara mengatakan Bloody Mary 3 kali di depan cermin kamar mandi dengan lampu yang mati. dan kemudian Bloody Mary akan muncul. Mary akan mengambil mata orang yang memanggilnya. Anak-anak di seluruh penjuru Amerika sering memainkannya dan kena atau tidaknya masih menjadi misteri.
Secara ilmiah, jika menatap cermin dalam kegelapan dalam waktu panjang memang menyebabkan halusinasi. Wajah yang dilihat bisa terdistorsi, meleleh, menghilang, berputar, atau memperlihatkan elemen halusinasi lainnya, misalnya berubah menjadi hewan atau muka aneh lain. Giovani Caputo menulis fenomena ini dengan nama “ilusi muka asing”, yang disebabkan “efek identitas disosiatif”, yang menyebabkan sel pengenal wajah di otak melakukan kesalahan identifikasi. Hal lain yang bisa menjelaskan ini adalah efek persepsi Troxler atau mungkin juga hipnosis diri sendiri.