Salah satu proses yang sangat penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup adalah defekasi. Defekasi sendiri adalah proses terakhir dari pencernaan, yaitu proses pembuangan kotoran yang biasa kita sebut sebagai buang air besar. Tanpa proses tersebut, makhluk hidup bisa keracunan zat-zat sisa yang berbahaya, dan akibatnya bisa fatal.

Semua jenis hewan tentu melakukan proses buang air besar, namun kebiasaan setiap hewan saat buang air besar ternyata cukup beragam. Berikut beberapa fakta unik seputar proses buang air besar pada hewan.

Buang Air Besar di Wajah Induknya

Banyak anak burung altricial (burung yang membutuhkan perawatan konstan di sarang) membuat apa yang disebut kantung tinja. Usus mereka membungkus kotoran mereka dalam membran yang kuat, hampir seperti kantong kotoran bawaan. Ketika salah satu anak burung ini buang air besar, mereka mengarahkan pantat mereka ke arah induknya sehingga ibu dan ayah dapat mencabutnya langsung dari pantat mereka untuk memakannya, atau menerbangkannya agar sarang tetap bersih.

Saat bayi burung masih sangat muda, sistem pencernaannya terlalu lemah untuk mencerna banyak makanan yang dimakannya, sehingga kotorannya mengandung banyak nutrisi yang tidak tercerna. Pada dasarnya, dengan buang air besar mereka membuat camilan sehat untuk induknya. Namun, seiring bertambahnya usia bayi burung, bakteri dalam ususnya menjadi lebih kuat, sehingga induknya berhenti memakan kotoran anaknya.

Dipotong Kubus

Bentuk kotoran bukanlah sesuatu yang sering terlintas dalam pikiran, tetapi jika kita berhenti sejenak untuk mempertimbangkan bentuk kotoran, bentuk kubus mungkin bukan gambaran pertama kita. Namun, bagi wombat memiliki kotoran berbentuk kubus membuat hidup mereka jauh lebih mudah.

Wombat berkomunikasi dengan kotorannya. Mereka adalah makhluk yang suka menggali, dan menumpuk kotoran mereka setinggi mungkin di permukaan untuk menunjukkan keberadaan mereka kepada wombat lain. Tumpukan kotoran wombat yang kecil seperti bendera yang memberi tahu wombat lain bahwa mereka ada di sana, dan dapat membantu saat musim kawin tiba. Kotoran berbentuk kubus membuat wombat lebih mudah mengucapkan halo, karena kotoran mereka tidak akan berguling-guling dan membuat tumpukan kotoran mereka jatuh.

Konon, mereka adalah satu-satunya hewan yang diketahui ilmuwan memiliki kotoran berbentuk kubus. Untungnya bagi dunia buang air besar wombat, beberapa ilmuwan mampu menyelesaikannya. Mereka menemukan bahwa sementara cairan dalam saluran pencernaan wombat membeku di 25% terakhir usus mereka, elastisitas 8% terakhir bervariasi dengan cara tertentu sehingga mengubah kotoran mereka menjadi kubus.

Membunuh Ikan

Jika pernah melihat kuda nil buang air besar di darat, sebaiknya menjaga jarak karena mereka mengibaskan ekornya untuk menyemprotkan kotorannya sejauh 10 meter. Kuda nil melakukan ini untuk menandai wilayah kekuasaan mereka. Walau hal ini menjijikkan bagi manusia, tindakan mereka membuang kotoran di air dapat membahayakan bagi ikan.

Sebagai salah satu hewan darat terbesar di dunia, kuda nil menghasilkan banyak kotoran. Sementara mereka merumput di darat pada malam hari, mereka sebenarnya menghabiskan banyak waktu di air pada siang hari untuk menghindari matahari. Dan mereka banyak buang air besar di air. Para ilmuwan yang mempelajari kuda nil di sungai Mara di perbatasan Tanzania dan Kenya menghitung, bahwa populasi kuda nil yang berjumlah 4.000 ekor mengeluarkan sekitar 8.500 kg kotoran sehari ke dalam air. Kotoran tersebut terakumulasi di dasar sungai, dan selama musim kemarau air terisi dengan bahan kimia beracun dari semua kotoran. Bakteri memakan semua nutrisi tersebut, tetapi juga menggunakan oksigen yang dibutuhkan ikan untuk bernapas. Hujan yang sangat deras dapat mengaduk lumpur kotoran di dasar sungai dan mengirimkannya ke hilir dalam “aliran pembilasan” yang mengancam sejumlah besar ikan.

Para peneliti mengumpulkan 16.000 liter air kotoran kuda nil dan mengangkutnya ke kolam yang digunakan oleh kuda nil. Mereka mengantongi sebagian kolam, lalu membuangnya ke air kotor mereka. Mengeluarkan kantong pasir melepaskan kotoran kuda nil, mensimulasikan aliran pembilasan, dan mereka dapat mencatat penurunan besar oksigen.

Memakan Kotoran Induknya

Jika memiliki kelinci peliharaan, kita mungkin pernah melihat mereka memakan kotorannya sendiri. Mereka terkenal suka memakan kotorannya sendiri, karena saluran pencernaan mereka tidak cukup kuat untuk menyerap semua nutrisi makanan mereka sekaligus. Saat kelinci memakan kotorannya sendiri, mereka hanya memastikan bahwa tidak ada nutrisi dari kotorannya yang terbuang sia-sia. Namun, masalah yang dialami beberapa peternak kelinci adalah bahwa induk kelinci sering kali memberikan kotorannya sendiri kepada anak-anaknya. Dalam kasus ini, para peneliti percaya bahwa hal itu mungkin bukan karena nutrisi namun bakteri.

Bayi kelinci, seperti panda dan kuda nil, mendapat manfaat dari memakan kotoran induknya. Bakteri dalam bioma usus suatu spesies cenderung hanya ada di dalam saluran pencernaan spesies tersebut. Satu-satunya akses yang dimiliki bayi hewan terhadap bakteri yang mereka butuhkan adalah kotoran induknya, jadi mereka memakan kotoran induknya hingga bioma usus mereka sendiri cukup kuat untuk mencerna makanan mereka.