Kebijakan Aneh Dan Nyeleneh Dari Beberapa Negara Di Dunia
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, biasanya berkaitan dengan pemimpinnya. Jika pemimpinnya memiliki pengalaman yang baik, kebijakan yang dibuat pun akan baik. Namun, jika pemimpinnya kurang pengalaman, dia dapat membuat kebijakan yang tergolong aneh dan nyeleneh.
Pemerintahan dari berbagai negara terkadang mengaku bahwa upaya mereka membuat kebijakan adalah demi kebaikan bersama, seperti keamanan nasional, moralitas, dan keselamatan pribadi.
Tetapi, ada kebijakan yang dibuat terkesan aneh dan nyeleneh, contohnya Korea Utara. Di Korea Utara, warganya dilarang bercanda yang bersifat sarkasme dan juga kritikan terhadap pemerintahan Kim Jong-un. Celana jeans juga dilarang pemakaiannya di sana. Dengan alasana, jeans dianggap lambang budaya Barat, khususnya Amerika Serikat yang merupakan musuh Korea Utara.
Ternyata Korea Utara tidak sendirian dalam urusan membuat kebijakan yang aneh dan nyeleneh. Beberapa negara lain, ternyata ada pula yang membuat kebijakan aneh dan nyeleneh. Berikut ada beberapa kebijakan yang aneh dan nyeleneh di dunia.
1. Pembatasan Saus Tomat di Prancis
Pada tahun 2011, sekolah dasar di Perancis mengeluarkan panduan cara diet baru yang berupa membatasi jumlah saus tomat di kantin sekolah. Larangan itu mengatakan, para siswa akan mendapatkan kentang goreng hanya satu kali dalam seminggu dan hanya saat itulah mereka akan mendapatkan saus tomat.
Tetapi, penggunaan saus sama sekali dilarang di sekolah dasar pada makanan tradisional Prancis. Tujuannya adalah agar para siswa lebih mengenal resep masakan Perancis, sehingga mereka bisa meneruskannya ke generasi selanjutnya.
2. Prohibition of frowning in Milan, Italy
Di Milan, Italia, ada peraturan dilarang mengerutkan alis kecuali selama pemakaman atau kunjungan ke rumah sakit. Peraturan kota mewajibkan orang untuk tetap senyum, jika ada warga yang melanggarn, mereka akan dikenai denda. Peraturan tersebut sebenarnya dibuat saat Austria menguasai Milan pada Abad ke-19, namun larangan itu tidak pernah dicabut dan tetap ada sampai saat ini.
3. Larangan Pendidikan Seks di Uganda
Banyak negara bangga karena mampu menyediakan pendidikan seks kepada anak muda mereka. Tapi di Uganda, pendidikan seks secara komprehensif justru dilarang.
Beberapa kelompok mencoba mengajukan peninjauan terhadap aturan tersebut, karena larangan itu dinilai akan menjadi ancaman bagi perkembangan sosial Uganda dan dapat meningkatkan jumlah penderita HIV/AIDS.
Sekolah, para pendamping, dan organisasi-organisasi non-pemerintah mendapat kendala dalam mengajarkan materi yang dianggap penting bagi masa depan remaja Uganda. Sebagian guru khawatir akan dianggap melanggar hukum jika ketahuan menjawab pertanyaan tentang dunia seks yang ditanyakan oleh para siswanya.
4. Larangan Gaya Rambut Barat di Iran
Pada tahun 2010, pemerintah Iran membuat kebijakan untuk melarang warganya memiliki rambut panjang atau gaya buntut kuda karena hal itu merupakan gaya rambut ala barat yang merusak. Iran kemudian menerbitkan sejumlah gaya rambut yang dapat diterima, dan biasanya gaya rambut pendek dan bersifat konservatif.
Pelanggaran yang pertama kali, rambutnya akan digunting secara terhina, tapi pengulangan pelanggaran dapat dikenai denda. Tempat pangkas rambut yang menawarkan gaya rambut ala barat juga terancam akan ditutup oleh pemerintah. Kebijakan itu kemudian menimbulkan pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan gaya rambut ala barat.
5. Larangan Sandal Jepit di Capri, Italia
Sandal jepit yang nyaman ternyata lebih berbahaya dari heels yang menyakitkan. Sandal jepit terkadang dilarang pemakaiannya di tempat tertentu, seperti di tempat pekerjaan, atau lounge bandara seperti kebijakan yang dibuat oleh Qantas.
Namun, ada larangan untuk menggunakan sandal jepit di wilayah pulau Capri, Italia. Larangan itu termasuk aneh karena dibuat berdasar keinginan warga lokal untuk hidup dengan tenang terbebas dari suara berisik sandal jepit.
6. Larangan Joget Setelah Tengah Malam di Jepang
Di Jepang, pernah ada aturan larangan berdansa setelah lewat tengah malam. Aturan itu dibuat pasca Perang Dunia II usai untuk menertibkan prostitusi yang ramai di gedung dansa.
Menari pun dilarang jika gedungnya tidak memiliki izin untuk itu. Bahkan, walau memiliki izin, segala kegiatan harus sudah berhenti sebelum tengah malam.
Jepang akhirnya berkembang menjadi negara yang sejahtera setelah perang, tapi aturan itu tetap ada hingga beberapa dekade.
Awalnya, polisi tidak agresif dalam menegakkan aturan tersebut. Namun, setelah ada banyak kejadian skandal narkoba dan perkelahian di klub malam, penegakan hukum semakin sering dilakukan. Namun pada tahun 2015, aturan tersebut akhirnya dicabut.