Pekerjaan Berbahaya Yang Dilakukan Anak Laki-Laki Jaman Dulu
Yang namanya anak-anak, seharusnya menghabiskan masa mudanya dengan cara belajar dan bermain. Namun, realita di dunia menunjukkan bahwa tidak sedikit anak-anak di berbagai belahan dunia yang harus membanting tulang sejak usia yang begitu belia. Padahal, pekerjaan yang mereka lakoni memiliki resiko yang tinggi. Berikut adalah pekerjaan yang dilakukan anak kecil jaman dulu.
PEMBERSIH CEROBONG ASAP
Di negara-negara 4 musim, banyak bangunan yang dilengkapi dengan cerobong asap. Fungsi dari cerobong asap adalah untuk menyalakan api unggun dan mengalirkan asapnya ke luar rumah. Dengan begitu bagian dalam rumah menjadi hangat, namun asapnya tidak sampai menimbulkan polusi di dalam rumah.
Karena cerobong kerap dilewati oleh asap, cerobong pun harus dibersihkan secara berkala agar jelaganya tidak menumpuk di dinding bagian dalam cerobong. Untuk keperluan tersebut, pemilik rumah akan meminta bantuan pembersih cerobong.
Pekerjaan pembersih cerobong tergolong sebagai pekerjaan yang sulit dilakukan. Pasalnya pembersih cerobong harus masuk ke dalam cerobong yang notabene sempit, pengap, dan kotor. Tingkat kesulitan dalam cerobong hanya semakin bertambah jika cerobongnya kebetulan berbentuk panjang dan memiliki kelokan.
Karena hal-hal di atas, banyak anak-anak yang diperkerjakan sebagai pembersih cerobong di Inggris. Sejak abad ke-17, sejumlah anak bahkan sengaja dibeli dari orang tuanya agar dapat dilatih oleh majikannya untuk menjadi pembersih cerobong.
Saat membersihkan cerobong, anak-anak tersebut harus menghadapi aneka macam bahaya seperti terjatuh, mengalami gangguan pernapasan, hingga terjepit dan tidak bisa lepas. Begitu banyaknya anak-anak yang kehilangan nyawanya saat membersihkan cerobong, beredar rumor bahwa cerobong asap di gedung Parlemen Inggris dipenuhi oleh mayat anak-anak yang tidak bisa dikeluarkan hingga sekarang.
PEKERJA PABRIK KALENG
Kaleng merupakan media pengawetan makanan dengan cara menempatkan makanan ke dalam kaleng. Karena bakteri yang ada di luar kaleng tidak masuk, makanan yang disimpan di dalam kaleng pun memiliki tingkat keawetan yang jauh lebih lama dibandingkan dengan makanan yang ada di tempat terbuka.
Saat pabrik-pabrik pengalengan ikan bermunculan di kawasan sekitar Samudera Atlantik, banyak anak-anak yang direkrut untuk bekerja di pabrik tersebut. Walau terlihat tidak berbahaya, para pekerja anak-anak yang bekerja di pabrik pengalengan sebenarnya harus senantiasa berhadapan dengan resiko cedera parah atau bahkan kematian.
Di pabrik pengalengan makanan, para pekerja harus senantiasa berurusan dengan benda tajam, baik yang fungsinya untuk mencincang makanan, atau untuk memotong lempengan kaleng. Jika pekerja anak-anak tersebut tidak hati-hati, maka mereka dapat kehilangan anggota badannya, bahkan meninggal akibat kehabisan darah. Ironisnya lagi, banyak di antara mereka yang baru berusia 9 tahun dan hanya diberi upah 5 sen per kotak saat menjalani pekerjaan berbahaya ini.
PEKERJA TAMBANG
Sebelum bahan bakar minyak mendominasi dunia seperti sekarang, batu bara merupakan bahan bakar fosil yang banyak digunakan untuk menghidupkan mesin-mesin pabrik dan alat transportasi.
Untuk mendapatkan batu bara, manusia harus melakukan penggalian di bawah tanah. Pekerjaan menambang batu bara merupakan pekerjaan yang berbahaya, karena para pekerja harus menghabiskan waktu berjam-jam di dalam terowongan yang tidak tersentuh cahaya matahari.
Para penambang batu bara juga harus bersiap menghadapi aneka macam resiko, seperti tanah longsor, hingga ledakan akibat timbunan gas dalam terowongan. Ironisnya, hal tersebut harus dijalani oleh anak-anak yang bekerja sebagai pekerja tambang batu bara hingga permulaan abad ke-20.
Pekerjaan yang harus dijalani oleh anak-anak di tambang batu bara tidak berbeda jauh dibandingkan dengan pekerjaan yang harus dijalani oleh pekerja dewasa. Setiap harinya, mereka harus bekerja di lorong tambang yang pengap mulai dari pukul 7 pagi hingga pukul 6 sore.
Saat berada di dalam lorong tambang, mereka ditugaskan menggiring hewan penarik kereta batu bara dan menjaga pintu darurat yang bisa digunakan oleh pekerja lain untuk berlindung. Tidak jarang anak-anak ditugaskan untuk pergi ke bagian lorong yang sempit dan kecil, karena tubuh mereka lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa.
Jika masa muda mereka harus dihabiskan dalam suasana gelap dan pengap, maka masa tua mereka juga tidak kalah suram. Pasalnya, mereka menghabiskan waktu terlalu lama di dalam terowongan batu bara, dan banyak di antara mereka yang kemudian menderita penyakit paru-paru.
TENTARA
Di wilayah-wilayah yang sedang dilanda perang, tidak jarang ada anak-anak yang sengaja ikut dilibatkan dalam perang agar pihak yang berperang bisa menerjunkan tentara sebanyak mungkin. Walau penggunaan tentara anak-anak masih dapat dijumpai di masa kini, praktik menggunakan anak-anak sebagai tentara aslinya sudah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu. Saat Romawi masih berdiri, petinggi militer Romawi sering merekrut anak-anak berusia 14 tahun atau lebih untuk dijadikan tentara.
Dalam perang yang terjadi di masa kini, banyak kasus anak-anak yang dijadikan tentara karena ia sudah tidak lagi memiliki keluarga. Karena pihak yang berperang menjadi satu-satunya pihak yang bersedia memberinya makanan dan tempat tinggal, ia pun bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk menjadi tentara.
Salah satu kasus tentara anak yang paling terkenal adalah Momcilo Gavric, bocah Serbia yang pada usia 8 tahun sudah dianugerahi pangkat kopral. Ia bergabung dalam militer Serbia, karena ia sudah kehilangan kedua orang tuanya dalam Perang Dunia Pertama.
Selama perang berlangsung, Momcilo ikut berjibaku dalam parit perlindungan bersama dengan tentara-tentara Serbia lainnya yang lebih tua. Karena anak-anak seringkali tidak dicurigai oleh pihak musuh, Momcilo juga pernah ditugaskan untuk mengintai posisi markas pasukan Austria-Hongaria, negara musuh Serbia dalam perang.
Saat perang berakhir, Momcilo kemudian dikirim ke Inggris agar ia dapat menerima pendidikan yang layak dan melanjutkan hidupnya secara normal. Namun, Momcilo tidak berlama-lama tinggal di Inggris dan kembali ke Serbia pada tahun 1921.
Momcilo kemudian menghabiskan sisa hidupnya di tanah airnya tersebut hingga ajal menjemputnya pada tahun 1993. Tahun 2015, pemerintah Serbia memberikan penghormatan kepada Momcilo dengan cara mendirikan monumen dirinya saat masih bersosok anak-anak.