Tradisi adat merupakan tradisi yang dipercaya turun temurun oleh sebuah komunitas adat di suatu lokasi. Meski jaman sudah berubah, ada banyak tradisi budaya yang masih dipegang teguh hingga saat ini, salah satunya adalah tradisi memodifikasi tubuh. Sepanjang sejarah, manusia telah menggunakan tubuh mereka sebagai kanvas untuk menunjukkan identitas budaya mereka, kepercayaan, status sosial, maupun sekedar untuk menambah kecantikan. Dengan adanya pengaruh dari berbagai pihak dan perubahan pemikiran masyarakat, kebanyakan tradisi modifikasi tubuh tradisional tesebut sudah mulai menghilang. Berikut ada seni memodifikasi tubuh dari berbagai daerah di dunia.

Mentato Dengan Melukai Kulit (Afrika Dan Papua Nugini)

Suku Kaningara di Papua Nugini terkenal dengan ritual pendewasaannya yang cukup sadis. Meskipun merupakan ritual pendewasaan, ritual ini cukup mahal sehingga terkadang pria Kaningara harus menunggu beberapa tahun untuk dapat menjalani ritual ini. Ritual ini dilakukan untuk melepaskan hubungan si anak dengan dunia “kewanitaan” dan memberi mereka kekuatan dari arwah buaya. Ritual pendewasaan tersebut dilakukan di dalam sebuah bangunan khusus bernama Haus Tambaran, yang berarti “rumah para arwah”. Sebelum ditato, sang pria harus menjalani pengasingan terlebih dahulu dalam rumah tersebut. Wanita dilarang untuk memasuki Haus Tambaran, sehingga pria tersebut hanya akan menemui pria lain selama masa pengasingannya. Masa pengasingan tersebut merupakan masa yang sulit, dikarenakan mereka harus menuruti berbagai tabu dan menjalani berbagai ritual yang melelahkan. Jika mereka melanggar tabu-tabu tersebut, mereka akan mendapat hukuman dari kepala suku. Suku Kaningara juga percaya, jika melanggar tabu dapat mengakibatkan kematian dini.

Suku Maori juga memiliki ritual pendewasaan yang mirip. Namun, kaum wanita Maori juga mengalami ritual ini. Meskipun begitu, ada peraturan-peraturan khusus dalam pentatoan untuk wanita Maori. Misalnya, dahi dan dagu wanita tidak boleh ikut ditato. Selain itu, para Maori menganggap bibir yang berwarna merah tidak cantik, sehingga bibir para wanita Maori ikut ditato untuk mengubah warnanya menjadi kebiruan. Anggota suku Maori yang sedang ditato, tidak boleh menunjukkan rasa sakit yang dirasakannya.

Menyumbat Hidung (India)

Suku Apatani, yang dikenal juga dengan nama Suku Tanni, merupakan suku yang menempati daerah Arunachal Pradesh di India, dan memiliki sistem agrikultural yang efektif. Namun, suku ini paling dikenal dengan tradisi anehnya, yaitu sumbat hidung besar yang dipakai oleh para wanita mereka. Saat ini, hanya wanita Apatani berusia tua saja yang masih menggunakan sumbat hidung tersebut. Namun, di masa lalu seluruh wanita Apatani menggunakan sumbat hidung tersebut. Berbeda dengan tradisi-tradisi modifikasi tubuh lainnya, yang pada umumnya bertujuan untuk menambah kecantikan atau menunjukkan status sosial, tradisi sumbat hidung ini justru bertujuan untuk membuat wajah para perempuan Apatani menjadi buruk rupa. Konon, di masa lalu para wanita suku Apatani dikenal sebagai wanita yang tercantik di daerah itu, sehingga suku-suku di sekitar mereka seringkali menyerang suku Apatani dan menculik para wanitanya untuk dijadikan budak. Karena takut akan hal tersebut, maka para wanita Apatani mulai menggunakan sumbat hidung untuk membuat wajah mereka tidak menarik lagi. Selain itu, mereka pun mentato wajah mereka dengan garis hitam yang memanjang dari dahi ke hidung dan lima garis lagi di dagu mereka.

Memanjangkan Leher (Thailand)

Leher yang panjang memiliki daya tarik tersendiri bagi sebagian orang. Para wanita dari suku Kayan di Thailand juga memiliki pendapat yang sama, dan untuk mendapatkan leher yang panjang, mereka mengenakan puluhan kalung kuningan di leher mereka. Berat kalung-kalung tersebut dapat mencapai lebih dari 10 kilogram, sehingga bahu mereka tertekan ke bawah, hingga membuat lehernya tampak memanjang. Hasilnya, para wanita suku Kayan memiliki leher yang terlihat sangat panjang, sehingga mereka mendapat julukan “perempuan jerapah”. Kalung tersebut dpaat dilepas tanpa masalah, hanya saja mereka tidak suka melakukannya. Setelah memakai kalung-kalung itu selama bertahun-tahun, mereka merasa ‘telanjang’ ketika melepaskannya. Menurut adat, biasanya perempuan Kayan mulai memakai kalung ketika berusia lima tahun, dan jumlah kalung tersebut akan ditambah sedikit demi sedikit. Namun, saat ini hanya sedikit wanita yang masih menggunakan kalung tersebut. Di masa lampau, penggunaan kalung tersebut bertujuan untuk menambah kecantikan seorang wanita, namun saat ini kebanyakan orang hanya menggunakan kalung tersebut untuk menjaga tradisi saja.

Penajaman Gigi (Asia Dan Afrika)

Suku Mentawai di Sumatera percaya bahwa gigi yang tajam akan membuat seorang wanita terlihat lebih cantik. Selain itu, penggerusan gigi dapat menyeimbangkan tubuh dan jiwa. Untuk itu, remaja perempuan Mentawai menàjamkan gigi mereka sehigga berbentuk lancip seperti taring. Secara tradisional, penajaman gigi tersebut dilakukan tanpa obat bius. Proses penajaman gigi ini bisa sangat menyakitkan, sehingga saat ini, kebanyakan perempuan Mentawai memilih untuk tidak melakukannya lagi. Namun, wanita-wanita dengan status yang lebih tinggi, misalnya istri kepala suku, masih diharapkan untuk melakukan tradisi tersebut dengan tujuan agar membuatnya terlihat lebih cantik dan juga menjaga tradisi.

Selain suku Mentawai, penajaman gigi juga dilakukan oleh berbagai suku lainnya di dunia, misalnya suku Aborigin dan beberapa suku di Vietnam dan Sudan. Suku Maya juga tercatat melakukan penajaman gigi untuk menandakan status sosial yang tinggi. Terkadang, mereka akan melubangi gigi mereka dan memasukkan logam mulia ke dalam lubang tersebut. Beberapa suku di Afrika, contohnya suku Upoto di Kongo, juga melakukan penajaman gigi agar gigi mereka menyerupai gigi binatang buas.