Pati adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kotanya adalah Pati. Kabupaten ini terkenal dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Penduduk kabupaten Pati berjumlah 1.259.590 jiwa pada akhir tahun 2019.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.

Ibu kota Kabupaten Pati terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Jalur melewati Kota Pati ada dua: dalam kota dan jalur lingkar Pati. Kendaraan umum dan besar melalui jalan lingkar Pati. Sementara kendaraan pribadi dapat memilih antara jalan dalam kota yang cukup sempit atau jalur lingkar.

Terdapat sungai besar yaitu Bengawan Silugonggo (Sungai Silugonggo). Saat musim penghujan sering kali sungai ini meluap.

Sejarah Kabupaten Pati berpangkal dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu gambar yang berupa: “keris rambut pinutung dan kuluk kanigara”. Menurut cerita rakyat yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya, dua pusaka yaitu “keris rambut pinutung dan kuluk kanigara” merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan persatuan. Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana pembesar dari Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.

Bagi sebagian masyarakat Kabupaten Pati, mungkin sudah mendengar cerita mistis yang ada di Kuburan Desa Genengmulyo, Kecamatan Juwana, atau yang dikenal dengan Geneng Lastri. Disebut demikian lantaran di desa tersebut konon ada arwah Lastri yang gentayangan. Bahkan, tidak sedikit pula warga yang melintas di sekitar makam tersebut, ditemui oleh sosok Lastri. Dia tidak menggoda, tetapi hanya meminta bantuan agar diantarkan ke rumah suaminya.

Berdasarkan penuturan dari Muhammad Fauzi, warga Desa Genengmulyo, Lastri memang asli warga setempat. Dia juga mempunyai keluarga di desa tersebut.Lastri meninggal sekitar tahun 1970-an. Penyebab kematiannya, sampai saat ini masih menjadi misteri. Konon, karena hal itulah, arwah Lastri gentayangan hingga muncul di dunia nyata.

Penyebab kematian Lastri karena dibunuh oleh suaminya sendiri, yakni dengan cara dicekik lehernya. Itu pun dilatar belakangi adanya api cemburu yang membara. Paras Lastri memang tergolong cantik dan menjadi bunga desa pada saat itu. Tak ayal banyak lelaki yang tergoda dengan kecantikannya.Namun apa daya, Lastri adalah seorang perempuan yang sudah mempunyai suami. Bahkan dirinya juga dikenal sebagai wanita yang setia. Buktinya, Lastri tidak pernah bermain mata apa lagi selingkuh dengan lelaki lain.

Setelah lama menikah, Lastri belum juga dikaruniai seorang anak. Padahal dia sudah berikhtiar sekuat tenaga dan pikiran. Inilah yang kabarnya menjadi pemicu keretakan rumah tangga Lastri. Karena keduanya sama-sama marah, Lastri kemudian dicekik oleh suaminya sendiri hingga tewas.

Tak lama setelah jenazah Lastri dimakamkan di pemakaman umum Desa Genengmulyo tersebut, ternyata beredar rumor bahwa arwah Lastri telah gentayangan. Menurut penuturan warga sekitar, hantu tersebut sering menampakkan diri pada malam hari. Hantu tersebut sering menggoda sopir-sopir yang melintas dengan menjelma sebagai gadis cantik di pinggir jalan.Kisah hantu Lastri telah menjadi semacam cerita tutur tinular bagi masyarakat wilayah Kabupaten Pati dan sekitarnya.

Menurut sebuah kesaksian yang beredar, dulu pernah ada pengendara sepeda yang melintas sekitar makam dan ditemui arwah Lastri. Pada saat itu Lastri meminta agar dia diantar ke rumahnya. Orang itu pun mengiyakan dan kemudian mengantar Lastri sampai ke tempat tujuan.

Sampai di tempat tujuan, orang tersebut kemudian diminta untuk menginap di rumah Lastri. Dia pun menginap hingga fajar tiba. Dia tidur dengan lelap tanpa mencurigai suatu apapun. Saat si pengantar tersebut sudah bangun, ternyata dia berada di area kuburan Geneng Lastri. Dia yang kaget kemudian lari dari kuburan dan pulang ke rumah.