Monumen Lady Raffles, Horor Nan Romantis
Berkunjung ke Kebun Raya Bogor tidak melulu hanya untuk menikmati indahnya taman atau pun berolah raga di pagi atau sore hari. Kebun Raya Bogor yang juga disebut KRB, menyimpan banyak peninggalan bersejarah. Peninggalan sejarah di Kebun Raya Bogor antaranya beberapa bangunan yang memiliki nilai sejarah, bangunan-bangunan tersebut bisa berupa gedung, tugu, sampai dengan komplek pemakaman yang terdapat di dalamnya. Salah satunya yaitu tugu monumen Lady Raffles.
Monumen Lady Raffles yang berbentuk tugu ini merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang letaknya tak jauh dari pintu utara Kebun Raya Bogor. Banyak orang yang tidak mempedulikan keberadaan tugu ini, padahal tugu ini menyimpan kisah cinta yang sangat romantis di balik bangunan kuno peninggalan zaman pemerintah kolonial Hindia-Belanda tersebut. Tugu ini dilindungi dengan bangunan mirip gazebo yang melingkar dan menggunakan atap beton, dan juga diwarnai dengan cat berwarna putih serta di hiasi dengan ukiran klasik ala eropa. Tugu monumen cinta Lady Raffles merupakan persembahan spesial dari Sir Thomas Raffles, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda yang memerintah pada tahun 1811, untuk sang istri tercinta, Olivia, yang meninggal karena penyakit malaria yang dideritanya.
Lady Raffles, seorang wanita yang mempesona ini memiliki nama lengkap Olivia Mariamne Devenish. Olivia lahir pada tahun 1771 di India, namun Olivia tumbuh besar di Irlandia. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya Olivia bertemu dengan Raffles dan muncullah rasa cinta antara mereka berdua. Olivia adalah istri pertama Sir Thomas Raffles, pejabat ternama asal Inggris. Mereka menikah pada tahun 1805, yang merupakan pernikahan kedua dari Olivia setelah suami pertamanya meninggal pada tahun 1800. Walau selisih usia antara Olivia dan Raffles terpaut 10 tahun dan lebih tua Olivia, hal itu tidak menjadi masalah bagi kisah cinta mereka. Setelah Hindia-Belanda jatuh ke tangan Inggris, Raffles dipercaya untuk memimpin Pulau Jawa. Tepat Pada tahun 1811, Raffles beserta istrinya bertolak ke Hindia-Belanda. Pada saat itu, karena suaminya menjadi seorang pemimpin, secara otomatis pula Olivia menjadi first lady di Pulau Jawa.
Semasa dirinya menjabat sebagai ibu negara, Olivia mendapatkan banyak pujian dari berbagai pihak atas tindakannya dalam reformasi sosial. Pada zaman itu, kaum kulit putih membatasi diri untuk bergaul dengan masyarakat pribumi maupun etnis lainnya. Namun berbeda dengan Olivia, dia tidak mempedulikan a batasan tersebut dan tetap bergaul dengan etnis lainnya. Tidak hanya itu, Olivia juga turut ikut menemani sang suami dalam melakukan kunjungan penting ke berbagai penguasa lokal. Hal ini merupakan suatu tindakan baru yang berani dan belum pernah dilakukan oleh first lady sebelumnya.
Setelah tiga tahun suaminya memimpin pemerintahan di Pulau Jawa, Olivia terserang penyakit malaria. Kesehatan Olivia perlahan menurun karena digerogoti oleh penyakit yang disebabkan oleh gigitan ganas nyamuk malaria di wilayah iklim tropis. Gigitan nyamuk yang didapat Olivia, diduga dia dapatkan saat di berkunjung kesana kemari. Enam bulan sebelum akhir hayatnya, Olivia bersama suaminya memutuskan untuk tinggal di Buitenzorg (Bogor) untuk beristirahat dari kepenatan dunia pemerintahan. Di Bogor, Olivia dan Thomas menjalani hidup selayaknya pasangan normal tanpa terbebani tugas sebagai pemimpin Hindia-Belanda. Namun pada 26 November 1814, Olivia tidak bisa bertahan hidup dan akhirnya meninggal dunia di usia 43 Tahun.
Selepas kepergian sang istri, Raffles yang merasa sangat terpukul kemudian membangun sebuah monumen tugu yang terletak di Kebun Raya Bogor. Pada monumen tersebut, terdapat secarik puisi cinta nan romantis karya sang istri yang sangat menyentuh hati. Berikut isi puisi tersebut: “Oh Thou whom neer my constant heart, One moment hath forgot tho fate severe hath bid us part. yet still – Forget me not.” Artinya; “Kamu yang selalu ada di hatiku, tak pernah sedikit pun kulupakan, walaupun takdir memisahkan kita, janganlah pernah lupakan aku.”
Thomas Stamford Raffles adalah seorang inisiator terbentuknya kebun raya bogor yang indah seperti sekarang ini. Sebelum tertata rapi seperti yang kita rasakan saat ini, awalnya Kebun Raya Bogor adalah sebuah samida (hutan buatan) yang di buat pada jaman prabu siliwangi, namun setelah Thomas Stamford Raffles mendirikan bangunan peristirahatan untuk para pejabat hindia belanda (sekarang istana bogor) di dekat lokasi samida, Raffles yang gemar dengan dunia botanica, tertarik untuk mengubah samida menjadi kebun yang indah dengan di bantu oleh rekannya yang bernama Prof. Dr. C. G. C. Reindwart.
Pernah muncul dugaan dari orang-orang, bahwa tugu Lady Raffles ini adalah makam dari Olivia Mariamne Raffles, sang Lady Raffles. Dugaan tersebut ternyata tidak benar, karena jasad Lady Raffles disemayamkan di kompleks pemakaman Taman Prasasti, Tanah Abang, Jakarta, yang sekarang dikenal sebagai Museum Taman Prasasti, di Jalan Tanah Abang nomor 1.
Tugu Monumen Lady Raffles ini pernah mengalami rekonstruksi bangunan, tepatnya pada tahun 1970. Rekontruksi dilakukan karena bangunan yang telah tua itu mengalami kerusakan setelah diterjang angin kencang pada tahun itu. Namun,walaupun di bangun ulang kembali, bentuk dari fisik bangunan ini sama seperti pada awalnya, tidak ada detail bangunan yang dirubah.
Konon katanya, sosok Lady Raffles sering menampakkan diri saat sore menjelang malam hari. Petugas kebersihan Kebun Raya Bogor yang bertugas di malam hari menceritakan, sosok noni Belanda dengan pakaian khas Belanda yang dipercaya sebagai Lady Raffles, sering terlihat berjalan mengelilingi di pinggir Danau Gunting, yang diduga sedang menikmati pemandangan di tempat favoritnya tersebut.