Dunia pengobatan saat ini telah berkembang jauh dari masa lalu. Bahkan, obat-obatan yang digunakan mempunyai efek mengerikan pada tubuh manusia. Pada masanya, itu adalah cara terbaik dimiliki walau cara tersebut dapat membunuh pasien. Berikut obat-obatan dunia lama yang tidak biasa dan aneh.

DINITROFENOL

Ini adalah salah satu obat yang bagus pada masa lalu, namun segera terlihat bahwa terdapat masalah signifikan dalam penggunaannya. Dinitrofenol pertama kali ditemukan selama Perang Dunia I pada pekerja amunisi yang meninggal, karena kontak dengan bahan kimia tersebut. Diterapkan dengan dosis 3–5 mg per kilogram berat badan, dinitrofenol ditemukan meningkatkan metabolisme sebesar 20–30 persen selama berhari-hari sebagai akibat dari peningkatan konsumsi oksigen. Hal ini tampaknya merupakan pengobatan yang sangat potensial untuk mengatasi obesitas, namun seiring dengan meningkatnya dosis secara perlahan, hal ini dapat mulai menyebabkan keringat berlebih dan peningkatan suhu tubuh.

Dalam dosis toksik, hal ini diikuti dengan berbagai gejala termasuk pernapasan cepat. Masalah terakhir ini dan meningkatnya kebutuhan oksigen pada akhirnya menyebabkan pernapasan pasien tidak dapat memenuhi dan memasok kebutuhan oksigen tubuh. Hipoksia dapat terjadi bersamaan dengan demam 43 derajat Celciu atau lebih,dan itu hanya permulaan. Efek samping yang umum pada dosis standar mencakup serangkaian penyakit internal dan eksternal yang dapat dengan mudah mengakibatkan kematian.

Walau pernah digunakan untuk mengobati obesitas, dinitrofenol dengan cepat tidak lagi disukai karena efek kronisnya yang sangat beracun dan potensi sindrom yang fatal. Faktanya, kegunaan utamanya saat ini adalah sebagai pestisida atau sebagai bagian dari campuran bahan peledak yang disebut shellite.

ERGOT

Ergot adalah jamur terkenal yang tumbuh pada gandum hitam dan rumput lain seperti gandum. Jamur ini diketahui menyebabkan kondisi ergotisme gangren. Hal ini mungkin ikut bertanggung jawab atas perburuan penyihir di Abad Pertengahan, karena gejalanya bisa berupa psikosis dan delirium. Walau demikian, obat ini masih memiliki kegunaan terapeutik. Ergot sangat ampuh dalam menginduksi kontraksi rahim, menginduksi persalinan, atau menyebabkan aborsi.

Namun, sebaiknya hanya digunakan setelah kala dua persalinan, setelah plasenta lahir, untuk memastikan anak tidak mati lemas. Saat diterapkan pada tahap ini, ergot mengurangi pendarahan dan mencegah pendarahan pasca melahirkan. Memang diyakini bermanfaat dalam semua kasus pendarahan internal, karena dapat mengontraksikan dinding pembuluh darah dan mengurangi pendarahan. Namun, pengobatan jangka panjang dapat dengan cepat menyebabkan perkembangan gangren. Walau begitu, ergot atau turunannya mungkin bermanfaat dalam pengobatan parkinsonisme.

INTOKOTRIN

Selain penggunaan Metrazol dalam terapi elektrokonvulsif, terdapat juga obat introcostrin. Introcostrin berasal dari curare , yang digunakan oleh penduduk asli Amerika Selatan dalam ramuan racun untuk mengikat ujung anak panah mereka saat berburu. Curare menghentikan semua gerakan otot, akhirnya korban akan tercekik saat sistem pernapasan berhenti berfungsi. Curare memiliki kegunaan terapeutik yang minimal. Hal ini sepenuhnya tergantung pada mendapatkan dosis yang cukup tinggi untuk mengendurkan otot tetapi tidak membekukan pernapasan. Ini adalah proses yang rumit, sehingga sering kali dihindari dan digantikan dengan inkotrin.

Karena lebih mudah untuk mengontrol dan memberi dosis, intocostrin terutama digunakan untuk menenangkan pasien yang menjalani terapi kejang atau elektrokonvulsif. Obat tersebut mengurangi keparahan kejang yang hebat. Hal ini secara umum dianggap dapat menurunkan prevalensi patah tulang belakang, yang merupakan masalah signifikan bagi pasien tersebut. Intocostrin juga mengurangi kejang, dan digunakan sebagai obat tambahan untuk anestesi.

ISONIPEKAIN

Dalam pencarian obat pereda nyeri seperti opioid, isonipecaine dikembangkan dan diperkenalkan oleh Eisted dan Schaumann pada tahun 1939. Isonipecaine mungkin lebih dikenal dengan nama lain, petidin, sebagai obat pereda nyeri yang umum digunakan di bangsal bersalin modern untuk wanita bersalin. Walau isonipecaine adalah obat penghilang rasa sakit yang dikenal karena depresi pernafasannya yang ringan dibandingkan morfin, dan penekanan refleks muntah isonipecaine juga dikenal karena tingkat euforianya yang tinggi hingga 90 persen dan potensi kecanduan bila digunakan secara kronis.
Namun, efek sampingnya jauh lebih unggul dibandingkan morfin dan opiat alami serupa.

Isonipecaine memiliki sedikit efek pada pernapasan, sirkulasi, atau proses metabolisme. Sayangnya, obat ini mempunyai efek jangka pendek dan kurang efektif dibandingkan dosis awal morfin standar. Ditemukan, bahwa isonipecaine sama adiktifnya walau sebelumnya ada klaim bahwa isonipecaine memiliki tingkat ketergantungan yang lebih rendah. Obat ini juga sangat beracun jika terjadi overdosis. Jika diberikan berkali-kali dalam waktu singkat, isonipecaine dapat menyebabkan disorientasi, detak jantung cepat, dan depresi pernafasan yang parah.

Penggunaannya dalam persalinan sudah diketahui dengan baik. Namun, karena efek depresinya terhadap pernapasan lebih kecil dibandingkan morfin atau diamorfin, isonipekain relatif lebih aman bagi bayi dan juga ibu. Mengingat obat ini juga bekerja pada otot polos di dalam tubuh, isonipecaine memiliki sifat pelemas otot, yang bermanfaat dalam mengurangi ketegangan dan nyeri selama kontraksi. Namun, obat tersebut memang memperpanjang proses persalinan dan memberikan efek pada bayi.

SANTONIN

Santonin obat yang dikembangkan pada awal tahun 1800-an, dan dulunya merupakan pengobatan utama untuk cacing gelang dan cacing kremi sebelum digantikan oleh senyawa yang lebih aman. Ini berlanjut lebih lama sebagai pengobatan untuk cacing cambuk. Namun, obat tersebut sama sekali tidak efektif melawan cacing pita. Efek sampingnya buruk, tapi aneh dan agak lucu. Misalnya, pasien melaporkan bahwa penglihatan mereka berubah. Tidak terlalu buruk, tapi semuanya berubah warna menjadi biru. Ini terjadi sangat singkat sebelum gangguan penglihatan lainnya terjadi. Benda terang tampak memiliki aura kuning yang cemerlang, biru berubah menjadi hijau, dan warna biru sebelumnya akan menjadi semakin gelap hingga tidak dapat dibedakan dari hitam.

Semakin banyak santonin yang tertelan, semakin jelas dan intens persepsi tersebut. Selain itu, pasien mengalami mual, muntah, dan kebingungan. Pada dosis yang lebih tinggi, terjadi kejang yang berpotensi menyebabkan asfiksia.

Obat ini juga diekskresikan melalui berbagai cara, melalui tinja yang mengandung cacing, melalui urin yang berubah warna menjadi kuning neon, dan bahkan melalui keringat yang berwarna kuning. Teori tentang bagaimana santonin membunuh parasit dapat diringkas secara sederhana, yaitu santonin membunuh parasit sebelum membunuh pengguna.