Wanita merupakan makhluk mulia yang harus dilindungi, diberi kasih sayang, dan kehormatan. Hingga lahir berbagai organisasi dunia yang bertujuan membela hak para wanita.

Walau demikian, kekejaman terhadap wanita masih saja terjadi. Bahkan, beberapa suku di dunia memiliki tradisi yang cukup kejam dalam memperlakukan wanita.

Mulai dari disayat bagian perutnya, dipotong bagian klitoris atau disunat, direndam di laut dalam kondisi telanjang, hingga diasingkan 3 bulan.

Berikut tradisi menyakitkan yang masih dilakukan oleh beberapa suku terhadap wanita.

SUKU KAMERUN

Sebagian warga di beberapa suku di Kamerun percaya, bahwa dada yang besar akan menimbulkan ketertarikan pria yang berlebihan.

Oleh sebab itu, para wanita akan disetrika dadanya menggunakan palu, batu, bahkan spatula yang sudah dipanaskan. Setelah itu mereka akan disuruh memakai korset agar dadanya tidak menonjol.

Hal ini dipercaya dapat menghindarkan para gadis dari pelecehan oleh kaum pria yang dapat memicu kehamilan di luar nikah yang dianggap sangat memalukan.

Para orang tua wanita biasanya akan mulai melakukan setrika payudara sejak anak-anak perempuannya berusia 9 tahun. Mereka menggunakan batu yang telah dipanaskan untuk menyetrika payudara anaknya itu. Setelah itu, mereka akan menggilingnya dengan kayu berbentuk panjang.

SUKU NAVAJO

Suku Navajo, Indian juga memiliki tradisi cukup menyakitkan untuk menyambut menstruasi pertama seorang wanita. Mereka harus lomba lari saat pagi fajar dan menuju arah matahari terbit, selain itu mereka harus memakai pakaian dari kulit rusa yang berat.

Tidak hanya sampai di situ, karena saat malam mereka harus duduk dengan berselonjor sampai pagi, kemudian masih harus membuat kue yang akan dibagian pada semua anggota suku.

SUKU NGONI

Suku Ngoni di Malawi juga memiliki tradisi yang menyakitkan bagi para wanita. Gadis-gadis yang memasuki usia dewasa, tubuh mereka dibaluri semacam tepung lalu diasingkan di tempat terpencil selama 3 bulan.

Kemudian, sang gadis diwajibkan duduk telanjang di dalam sungai atau danau selama beberapa waktu, hingga salah satu wanita yang dituakan memperbolehkannya untuk keluar.

SUKU NOOTKA

Para wanita yang tengah mengalami Menarche atau menstruasi pertama, mereka akan dipaksa telanjang dan berendam di tengah lautan selama berhari-hari. Cara ini dilakukan agar mereka para gadis mampu bertahan saat merasakan sakit saat melahirkan.

Saat ujian berakhir dan si gadis tidak kuat berdiri, maka anggota suku justru akan bersorak gembira. Hal tersebut menandakan, bahwa si gadis telah berhasil melewati ujian sehingga dianggap siap menjalani kehidupan sebagai wanita dewasa.

SUKU SABINY

Tradisi khitan atau sunat terhadap kaum wanita sudah cukup umum dilakukan, namun yang dipraktikkan Suku Sabiny yang berada di Uganda cukup mengerikan. Khitan yang mereka lakukan adalah memotong sebagian atau seluruh klitoris wanita. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi hasrat seksual para wanita, sehingga mereka akan setia pada suaminya.

Khitan wanita ini konon sakitnya sepuluh kali lipat dibandingkan khitan pria, apalagi suku ini tidak mengenal obat bius penghilang rasa sakit. Rasa sakit saat proses khitan juga dimaksudkan supaya kelak saat melahirkan, para wanita ini dapat menahan rasa sakitnya.

SUKU TIV

Suku tiv yang ada Nigeria dan Kamerun memiliki ritual menyakitkan yang harus dialami para wanita sebagai proses menuju kedewasaan. Setelah seorang gadis mendapat haid, maka harus menjalani ritual penyayatan perut.

Untuk menandai kedewasaan, perut gadis yang baru mendapat haid tersebut disayat dengan beberapa torehan luka berbentuk garis memanjang. Rasanya tentu akan menyakitkan, karena proses berlangsungnya ritual tidak disertai dengan obat bius atau tindakan medis untuk pencegahan infeksi.

Ritual ini hukumnya wajib bagi para perempuan di sana. Selain menandakan kedewasaan, sayatan-sayatan ini dipercaya dapat meningkatkan kesuburan si gadis. Seorang gadis baru dapat disebut wanita sejati jika sudah memiliki empat bekas sayatan di perutnya, dengan begitu mereka pun dapat mendapatkan jodoh yang baik.