Balon. Itulah benda berisi udara yang terkenal karena bisa melayang dan memiliki wujud yang berwarna warni. Namun selain digunakan sebagai mainan dan hiasan, balon juga dapat dimanfaatkan untuk hal lain. Berikut beberapa penggunaan balon dan kejadian akibat balon.

Bom Lintas Samudera

Semasa berlangsungnya Perang Dunia Kedua, Jepang dan Amerika Serikat adalah musuh bebuyutan. Kedua negara tersebut wilayahnya memang saling berseberangan, dan hanya dipisahkan oleh Samudera Pasifik. Pasukan Jepang tidak dapat menginvasi wilayah Amerika Serikat begitu saja, karena ada begitu banyak kapal perang milik Amerika Serikat yang bersiaga di Samudera Pasifik.

Agar tetap dapat menyerang wilayah Amerika Serikat secara langsung, pasukan Jepang pun lantas beralih menggunakan balon. Balon yang digunakan oleh pasukan Jepang untuk keperluan ini jelas bukanlah balon biasa, melainkan balon raksasa berisi hidrogen yang cukup kuat untuk melayang jauh melintasi samudera.

Masing-masing balon juga dilengkapi dengan bom. Jadi saat persediaan udaranya sudah habis, balon beserta bomnya akan jatuh meledak sambil menghancurkan apapun yang ada di bawahnya. Karena pergerakan balon sangat bergantung oleh arah angin, banyak dari balon tersebut yang tidak pernah mencapai tujuannya.

Pada bulan Mei 1945, sebanyak 6 warga sipil Amerika Serikat meninggal akibat terkena ledakan bom balon. Namun peristiwa tersebut tidak berdampak banyak bagi militer Jepang, karena pada bulan Agustus 1945 Jepang mengaku kalah.

Konten Promosi

Jika Korea Utara adalah negara komunis yang otoriter, maka Korea Selatan adalah negara liberal yang dekat dengan negara-negara Barat. Pada tahun 1950-an, kedua negara bahkan pernah terlibat perang hebat yang dampaknya masih terasa hingga sekarang.

Gaya pemerintahan mengekang yang digunakan oleh pemerintah Korut mengundang rasa keprihatinan dari mereka yang tinggal di Korsel. Maka, para aktivis Korsel pun menerbangkan banyak balon ke arah negara tetangganya. Masing-masing balon dilengkapi dengan selebaran berisi anjuran kepada rakyat Korut untuk memberontak. Selebaran tadi ditempatkan dalam kantong plastik yang diikatkan pada balon.

Saat balonnya sudah melayang di atas wilayah Korut, timer yang terpasang pada balon akan aktif. Kantong plastik berisi selebaran tadi kemudian akan membuka, lalu isinya melayang ke mana-mana. Sebagian dari selebaran tersebut diharapkan ada yang jatuh ke rumah-rumah penduduk Korut.

Tindakan para aktivis Korsel mengirimkan balon berisi selebaran ternyata tidak disukai oleh pemerintah Korsel. Pasalnya pemerintah Korsel khawatir kalau tindakan mereka justru dapat membuat perang di antara kedua negara meletus kembali. Oleh sebab itulah, sejak tahun 2020 pemerintah Korsel melarang pelepasan balon ke wilayah Korut.

Membuat Kacau Dua Negara

Di sejumlah acara pesta, mungkin kita pernah melihat pemandangan di mana balon berwarna warni dilepaskan secara bersama-sama ke udara. Sepintas pemandangan tersebut nampak indah dan tidak berbahaya. Namun siapa sangka, pemandangan macam itu pernah membuat orang-orang di 2 negara dilanda kepanikan.

Pada bulan September 1986, kota Cleveland di Amerika Serikat menggelar salah satu festival balon termegah yang pernah ada. Tidak tanggung-tanggung, jumlah balon yang dilepaskan dalam festival tersebut mencapai 1,5 juta balon.

Namun hanya dalam hitungan hari, pemandangan indah tersebut seketika berubah menjadi petaka. Pasalnya balon-balon tersebut kemudian malah mengganggu aktivitas penerbangan setempat. Akibatnya, bandara Burke Lakefort sampai harus ditutup untuk sementara waktu.

Saat balon-balonnya mengempis dan jatuh kembali ke tanah, balon tersebut membuat sejumlah pengendara mengalami kecelakaan. Sebagian di antara balon tersebut juga ada yang melayang jauh hingga ke negara Kanada.

Saat balonnya jatuh di kawasan peternakan, balon-balon tersebut membuat hewan ternak merasa panik dan berlarian hingga cedera. Akibat kekacauan demi kekacauan yang timbul, panitia festival balon ini menerima begitu banyak gugatan hukum dan harus mengalami kerugian finansial yang begitu besar.

Menenggelamkan Kapal Selam

Jauh sebelum manusia menemukan pesawat terbang, manusia menggunakan balon udara untuk keperluan transportasi udara. Saat pesawat sudah berhasil diciptakan, penggunaan balon udara tidak sepenuhnya menghilang.

Tidak seperti pesawat yang memerlukan bahan bakar, balon udara bisa melayang amat lama di udara selama balonnya berada dalam kondisi terisi udara. Balon udara juga memiliki kapasitas angkut yang lebih besar dibandingkan pesawat.

Atas sebab itulah, balon udara pun tetap digunakan pada masa Perang Dunia Kedua oleh pasukan Sekutu untuk menghadapi kapal-kapal selam Jerman. Balon udara yang digunakan untuk keperluan perang bentuknya lonjong agar dapat melaju lebih kencang dibandingkan balon udara biasa.

Saat ada awak balon atau kapal udara yang melihat penampakan kapal selam musuh, kapal udara kemudian akan terbang menuju lokasi kapal selam. Karena kapal selam di masa Perang Dunia Kedua tidak bisa berada di bawah laut terlalu lama, kapal udara hanya perlu menunggu di sekitar lokasi hingga kapal selamnya muncul kembali.

Jika awak kapal udara merasa yakin dengan lokasi kapal selam musuh, kapal udara akan menjatuhkan muatan bomnya ke bawah. Saat bomnya tenggelam dan meledak, getaran hebat yang ditimbulkannya bisa membuat kapal selam di dekatnya oleng dan bocor.

Menganalisa Cuaca

Dengan mengetahui cuaca yang kelak bakal muncul di hari-hari berikutnya, seseorang bisa merencanakan jadwal aktivitasnya dengan lebih akurat. Mengetahui perubahan cuaca secara akurat juga merupakan hal yang amat penting bagi mereka yang bekerja di bidang transportasi laut dan udara. Pasalnya jika mereka tahu cuaca buruk akan segera tiba, mereka dapat antisipasi agar tidak tertimpa musibah akibat cuaca buruk.

Atas sebab itulah, muncul aneka macam cabang ilmu seperti meteorologi dan klimatologi suoaya manusia bisa mendapatkan informasi seakurat mungkin mengenai perkembangan cuaca.  Balon yang digunakan di sini memang bukan balon biasa seperti yang biasa kita jumpai di acara-acara pesta, melainkan balon khusus yang dapat melayang hingga ketinggian 35.000 meter.

Selain dapat melayang amat tinggi, balon untuk keperluan ini juga bisa mengangkut beban hingga seberat 1 ton. Alasannya tidak lain karena sembari melayang, balon ini juga mengangkut perangkat elektronik untuk mengumpulkan data mengenai kelembaban, suhu, dan sebagainya.

Saat balonnya sudah selesai mengudara, balonnya akan turun ke tanah dengan bantuan parasut. Data yang sudah dikumpulkan oleh perangkat elektronik pada balon kemudian akan digunakan okeh ilmuwan untuk menganalisa kondisi cuaca di tempat tersebut.