Tren kecantikan adalah hal yang tidak pernah konstan, contohnya beberapa tahun yang lalu di Indonesia pernah muncul tren sulam bibir dan sulam alis. Lalu ada pula tren lipstik yang tergantikan dengan lip cream matte. Selain menunjukkan pergantian minat, tren kecantikan juga mencerminkan bagaimana standar kecantikan terus berevolusi.

Lain sekarang, lain pula zaman dulu. Masyarakat yang hidup puluhan hingga ratusan tahun yang lalu memiliki preferensi kecantikannya sendiri. Beberapa di antaranya tidak masuk akal dan dapat membuat geleng-geleng kepala. Berikut beberapa tren kecantikan pada zaman dulu.

ALIS YANG MENYAMBUNG DI YUNANI

Orang Yunani memiliki pandangan yang berbeda mengenai alis, mereka suka alis yang menyambung. Hal ini menunjukkan kecerdasan dan kecantikan seorang wanita. Jika tidak memiliki alis seperti itu, mereka bahkan akan menyambungkannya sendiri. Ada banyak hal yang digunakan, mulai dari bubuk hitam, getah pohon, hingga rambut kambing.

BETIS BESAR LAKI-LAKI ABAD PERTENGAHAN

Tren kecantikan bukan hanya mencakup untuk wanita saja ya, karena laki-laki juga memiliki trennya sendiri. Jika saat ini banyak laki-laki yang terobsesi pada otot perut atau abs, lain halnya dengan mereka yang hidup di abad pertengahan.

Pada zaman tersebut, betis adalah bagian tubuh yang paling menarik untuk laki-laki. Mereka ingin mendapatkan betis besar yang terlihat berotot. Orang-orang yang tidak memilikinya, bahkan menaruh bantalan di dalam kaus kaki demi mencapai standar tersebut.

GIGI HITAM DI JEPANG

Gigi putih adalah tren gigi yang selalu diminati banyak orang, hal ini terbukti dengan banyaknya metode untuk memutihkan gigi, mulai dari pasta gigi, hingga veneer. Namun, dulu di Jepang gigi hitam justru banyak diminati wanita. Tren ini dinamakan Ohaguro yang populer di zaman Meiji, yaitu pada tahun 1868 hingga 1912. Ohaguro dapat dilakukan dengan meminum pewarna hitam yang berasal dari campuran besi, kayu manis, dan rempah-rempah. Para wanita melakukannya setelah menikah sebagai lambang penyerahan diri pada suami.

MENCABUTI BULU MATA ZAMAN RENAISANS

Hampir semua orang menginginkan bulu mata yang panjang, tebal, dan lentik. Itulah kenapa ada maskara dan bulu mata palsu, namun hal yang berbeda terjadi di zaman Renaisans atau abad pertengahan. Pada saat itu dahi dianggap sebagai bagian paling seksi dari seorang wanita, oleh karena itu, banyak wanita yang mencabuti bulu mata dan alis demi mendapatkan dahi yang bersih.Pembuluh darah yang terlihat jelas

Pada era pra-revolusi Prancis, masyarakat Inggris sudah menganggap bahwa payudara adalah bagian tubuh wanita yang harus ditampilkan. Di saat yang sama, mereka juga menggemari kulit putih pucat seperti Marie Antoinette. Hal ini untuk menunjukkan, bahwa mereka adalah orang kaya yang tidak pernah beraktivitas di luar ruangan. Kulit yang pucat sering kali menampakkan pembuluh darah kebiru-biruan, hal ini juga menjadi incaran wanita pada masa itu. Untuk mendapatkannya, mereka rela menggambari dada menggunakan pensil biru.

PINGGANG KECIL TAHUN 1900-AN

Masyarakat Barat di tahun 1900-an sangat menyukai wanita dengan tubuh seperti jam pasir. Pinggang yang sangat kecil, pinggul lebar, dan dada yang besar. Para wanita yang ingin memenuhi standar tersebut harus menggunakan korset yang sangat ketat, namun ereka harus menghadapi berbagai risiko kesehatan. Mulai dari pingsan berulang kali karena sulit bernapas, hati yang berpindah tempat, serta kerusakan pada jantung dan paru-paru.

TREN KAKI KECIL DI TIONGKOK

Masyarakat Tiongkok di abad ke-10 menuntut wanita untuk memiliki kaki yang kecil. Mereka menganggap, bahwa ini adalah simbol dari kehalusan seorang wanita. Maka dari itu, sejak kecil orang tua mengikat kaki anak perempuannya agar tidak membesar. Proses yang harus dijalani sangat menyiksa. Dari memasukkan kaki ke air panas, melipat jari kaki, dan mengikatnya hingga infeksi. Para wanita harus berjalan dengan kaki yang seperti itu selama dua tahun.