Usaha Pemecahan Rekor Dunia Berujung Bencana
Manusia boleh berusaha, namun Tuhan yang menentukan. Walau manusia sudah berusaha untuk mencapai apa yang diinginkan, namun tidak selalu hasilnya akan sesuai harapan. Termasuk dalam usaha memecahkan rekor dunia, walau sudah berusaha tapi berakhir dengan kegagalan atau bahkan bencana. Berikut upaya pemecahan rekor yang berujung bencana.
MELEPAS BALON TERBANYAK
Balon termasuk benda yang tidak berbahaya, tapi peristiwa yang terjadi pada tahun 1986 silam menunjukkan bahwa balon dapat menjadi senjata pembunuh massal. Peristiwa tragis tersebut terjadi di Cleveland, Amerika Serikat.
Semuanya berawal saat kota Cleveland menggelar acara penggalangan dana agar dapat menaikkan citra kota tersebut. Akibat polusi lingkungan, menjamurnya kriminalitas, dan menurunnya sektor industri logam di Cleveland, semakin banyak penduduk Cleveland yang pergi meninggalkan Cleveland.
Acara itu digelar pada tahun 1986 dengan nama Balloonfest ’86. Sesuai dengan namanya, acara ini turut diwarnai dengan aksi pelepasan balon secara massal.
Pada awalnya, panitia berencana melepas 2 juta balon sekaligus ke udara. Akibat cuaca buruk, balon yang dilepas jumlahnya sekitar 1,4 juta balon. Jumlah tersebut menjadikan Balloonfest ’86 sebagai acara pelepasan balon dengan jumlah terbanyak di dunia.
Namun, kebanggaan tersebut berubah menjadi bencana. Saat balon-balon tersebut mengempis dan jatuh, balon-balon itu mengganggu pandangan para pengguna jalan sehingga terjadilah kecelakaan.
Di peternakan kuda, sejumlah kuda yang tidak pernah melihat balon sebanyak itu menjadi panik dan mereka bertingkah liar dan mencederai dirinya sendiri. Di Bandara Burke Lakefront, bandara harus ditutup selama setengah jam akibat balon yang memenuhi lintasan.
Tidak hanya penduduk Amerika Serikat yang direpotkan oleh balon ini, ternyata ada balon yang tertiup angin hingga ke Kanada. Di sana, balon-balon tersebut mengotori pantai dan danau setempat. Akibat insiden tersebut, pihak penyelenggara pun dituntut mengeluarkan jutaan dollar sebagai biaya ganti rugi.
TARIK TAMBANG DENGAN PESERTA TERBANYAK
Tarik tambang merupakan olahraga sederhana yang sering dilakukan untuk mengisi acara. Cara permainannya yang sederhana namun menuntut kekompakan, membuat olahraga ini cocok dilakukan untuk melatih fisik dan mempererat hubungan satu sama lain.
Tarik tambang terlihat sebagai olah raga yang tidak berbahaya. Jika ada yang cedera pun, biasanya tidak jauh dari lecet di tangan atau luka akibat terjatuh saat masih memegang tali.
Namun, kejadian di lapangan membuktikan bahwa tarik tambang ternyata dapat berujung kematian pada pesertanya. Pada bulan Oktober 1997 silam, sebanyak 1.600 orang melakukan tarik tambang secara bersama-sama di Taiwan.
Karena tali yang digunakan tidak cukup kuat untuk menahan beban tarikan dari orang sebanyak itu, tali pun terputus dan menyebabkan lebih dari 40 peserta mengalami cedera. Salah satu di antara mereka bahkan mengalami cedera pada ulu hati dan tulang punggungnya.
Namun peristiwa tersebut masih belum seberapa jika dibandingkan dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 1995 di Frankfurt, Jerman. Dalam peristiwa tersebut, sebanyak 650 anggota pramuka setempat melakukan tarik tambang bersama dengan tujuan memecahkan rekor dunia.
Saat aksi tarik menarik tengah berlangsung, tali tersebut putus. Akibatnya, sebanyak 102 orang mengalami cedera, dan 2 orang kehilangan nyawanya akibat terjatuh ke tanah dan tertindih oleh teman-teman di depannya.
BERJALAN MASSAL DI ATAS API
Di bulan Juli 2004, sebuah acara penggalangan dana dilakukan dengan tujuan untuk membeli beberapa unit alat kejut jantung. Alat tersebut rencananya akan disumbangkan ke Order St. John, sebuah yayasan ambulan di Selandia Baru.
Salah satu pertunjukan utama dalam acara tersebut adalah berjalan di atas bara api secara beramai-ramai. Pertunjukan acara ini rencananya juga akan dimasukkan dalam rekor dunia untuk kategori jumlah orang terbanyak yang berjalan di atas bara api.
Jalur bara api tersebut memiliki panjang 3,5 meter. Saat acara tersebut selesai digelar, lembaga rekor Guiness mencatat ada 341 orang yang berjalan melintasi bara api. Setelah acara selesai, muncul masalah baru. Ternyata ada 28 orang yang mengalami luka bakar pada kakinya setelah mengikuti acara itu.
Sebelum acara dilangsungkan, panitia sekaligus dokter John Campbell sudah memperingatkan jika tiap peserta hanya boleh berjalan maksimal 4 langkah di atas api dengan durasi paling lama 1 detik setiap langkahnya.
Campbell meminta agar jalur bara apinya memiliki panjang maksimal 3 meter, namun panitia justru menyiapkan jalan sepanjang 3,5 meter. Akibatnya, sebagian peserta mengalami luka bakar pada kakinya.
Masalah bertambah karena para korban cedera tersebut harus menjalani perawatan di rumah sakit dengan biaya pengobatan yang tidak murah. Jumlah total biaya pengobatan tersebut mencapai 1.000 dollar Selandia Baru, padahal jumlah uang yang berhasil dikumpulkan tidak mencapai 1.000 dollar.