Aksi Protes Yang Tidak Patut Dicontoh
Jika pemerintah di suatu negara dianggap sudah mengabaikan kepentingan rakyatnya, biasanya rakyat di negara tersebut akan melakukan aksi protes. Namun,l sekedar turun di jalan secara beramai-ramai terkadang dianggap kurang menarik perhatian pemerintah.
Sejumlah orang bahkan nekat melakukan aksi menyakiti diri sendiri di hadapan orang banyak, dengan harapan publik dan pemerintah langsung menaruh perhatian terhadap permintaan orang tersebut. Berikut ini adalah beberapa contoh dari aksi protes berbahaya tersebut yang tidak patut dicontoh.
MENGOLESKAN DARAHNYA SENDIRI
Darah sering dipandang sebagai simbol pengorbanan dan keberanian. Pasalnya, saat seseorang terluka dalam perang lukanya akan menetaskan darah. Itulah sebabnya warna merah yang menyimbolkan darah cukup sering dijumpai pada bendera sejumlah negara dan organisasi.
Thailand merupakan negara yang pernah beberapa kali mendapatkan aksi protes menentang pemerintahan, salah satu contoh dari aksi protes tersebut terjadi pada tahun 2012 lalu. Selain berkumpul dalam jumlah besar sambil meneriakkan tuntutan mereka, para demonstran di Thailand pada waktu juga memiliki metode yang terbilang menyeramkan untuk mengekspresikan pendapat mereka.
Mereka menggunakan darah untuk menyampaikan pesan mereka kepada pemerintah Thailand! Untuk keperluan ini, para demonstran mendirikan tenda khusus untuk mengumpulkan darah para peserta aksi demo. Setelah darah yang terkumpul cukup banyak, mereka kemudian menyiramkan darah tersebut ke bangunan-bangunan milik pemerintah. Menurut para demonstran, mereka nekat melakukan tindakan ini agar pemerintah Thailand sadar bahwa para demonstran benar-benar serius dengan pendapatnya.
MEMBAKAR DIRI
Tibet adalah suatu wilayah di China barat, yang wilayahnya berupa pegunungan. Wilayah ini memiliki reputasi yang kontroversial, karena maraknya tuduhan kalau pemerintah China menggunakan metode kekerasan dan penindasan supaya Tibet tetap menjadi wilayah China.
Sebagai bentuk protes terhadap metode tangan besi yang digunakan oleh pemerintah pusat China, rakyat Tibet menggunakan metode yang membuat siapa pun merasa ngeri. Demonstran akan menyiram dirinya dengan cairan yang mudah terbakar, lalu menyalakan api agar dirinya terbakar.
Demonstran yang menggunakan taktik ini berharap, orang awam yang melihat peristiwa tersebut akan langsung bersimpati kepada demonstran. Pasalnya, jika seseorang sampai nekat membakar dirinya sendiri daripada melanjutkan hidupnya itu berarti kehidupan di bawah rezim China memang begitu mengekang.
Sejauh ini, aksi-aksi bakar diri tersebut belum berhasil membuat China melonggarkan kekuasaannya atas Tibet. Namun di luar China sendiri, banyak masyarakat di negara-negara Barat yang memberikan dukungannya kepada para aktivis pejuang kemerdekaan Tibet.
MEMOTONG ALAT KELAMIN
Saat dua sejoli saling jatuh cinta dan berniat melanjutkan hubungannya ke jenjang yang lebih serius, tidak jarang hubungan mereka berdua harus kandas di tengah jalan karena tidak mendapat restu dari orang tua. Hal seperti ini lazim terjadi di negara-negara yang generasi tuanya masih kolot, dan biasa menjodohkan anaknya secara paksa. Namun jika sang anak tidak mau kalah, konflik pun terjadi antara sang anak dengan orang tuanya sendiri.
Hal tersebut terjadi di Mesir. Pada awalnya, ada seorang pria yang jatuh cinta dengan seorang wanita. Karena keduanya merasa cocok, sang pria berencana menikahi wanita tersebut. Keinginan pria tersebut ternyata mendapat penolakan dari orang tuanya sendiri, pasalnya wanita tersebut berada dari golongan bawah dan dianggap tidak pantas menjadi pendamping hidup sang pria.
Pria tersebut belum menyerah dan mencoba membujuk ayahnya sendiri supaya berubah pikiran, namun sang ayah tetap kukuh pada keputusannya. Ayahnya pun berniat menikahkan putranya tersebut dengan wanita yang sudah dipilihkan oleh sang ayah. Namun, pria tersebut tidak dapat menerima jawaban sang ayah. Sebagai bentuk protesnya, ia nekat memotong alat kelaminnya sendiri. Seolah-olah ia ingin berkata kepada ayahnya, bahwa jika ia tidak bisa mendapatkan keturunan dari wanita idamannya, maka wanita lain juga tidak bisa.
MENJAHIT MULUT
Afganistan sering muncul dalam berita internasional, namun sayangnya bukan dalam hal yang positif. Afganistan sering muncul dalam berita, karena negara ini merupakan negara yang sedang dilanda perang.
Saat Amerika Serikat menarik mundur pasukannya pada tahun 2021, kondisi Afganistan tetap tidak membaik. Pasalnya dunia internasional beramai-ramai menjatuhkan sanksi kepada Taliban, karena Taliban dianggap tidak menghormati hak kaum perempuan.
Karena kacaunya kondisi Afganistan, menyebabkan penduduk negara tersebut beramai-ramai mengungsi keluar negeri, salah satunya Indonesia. Selama berada di Indonesia, para pengungsi tersebut merasa jenuh dan tertekan. Pasalnya mereka tidak diperbolehkan bekerja ataupun bersekolah, mereka juga tidak kunjung mendapatkan kejelasan mengenai negara mana yang bersedia menampung mereka.
Karena merasa tidak tahan lagi, salah seorang pengungsi nekat melakukan aksi protes dengan cara menjahit mulutnya sendiri di Pekanbaru, Provinsi Riau. Ia berharap pemerintah Indonesia bersedia mendengarkan keluhan para pengungsi dan memperbaiki kesejahteraan mereka.
MENJATUHKAN DIRI DI DEPAN KERETA
Bunuh diri merupakan masalah sosial yang banyak ditemui di Jepang. Jika seseorang merasa malu atau frustrasi dengan hidupnya sendiri, tidak jarang orang tersebut nekat melakukan bunuh diri agar segera terlepas dari beban hidupnya. Itulah alasan, mengapa Jepang menjadi salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia.
Aksi bunuh diri di Jepang tidak hanya dilakukan oleh orang yang sudah dewasa, namun juga dilakukan oleh anak-anak. Di kota Daito, Jepang, seorang pelajar sekolah dasar yang baru berusia 11 tahun nekat melakukan aksi bunuh diri dengan cara melompat ke depan kereta api yang sedang melaju kencang. Sebelum melakukan aksi bunuh dirinya, bocah tersebut meninggalkan tas sekolahnya di stasiun kereta api. Saat polisi memeriksa tas tersebut, polisi menemukan secarik surat yang diyakini sebagai pesan bunuh diri dari sang bocah.
Di dalam surat tersebut, almarhum mengaku tidak setuju dengan rencana penutupan sekolahnya. Penutupan itu sendiri terjadi sebagai dampak dari rendahnya angka kelahiran Jepang. Setelah sekolah tersebut ditutup, rencananya murid-murid yang ada di sekolah itu akan dipindahkan ke sekolah lain. Almarhum ternyata menolak keras rencana penutupan sekolahnya sendiri dan tidak mau dipaksa bersekolah di sekolah lain. Maka, ia pun nekat mengakhiri hidupnya sendiri dengan harapan tempatnya menimba ilmu selama ini tidak jadi ditutup.