Benda Dan Hewan Yang Terseret Dalam Pengadilan

Konsep sistem peradilan adalah konsep yang mendefinisikan masyarakat beradab. Saat suatu kejahatan terjadi, warga negara dapat pergi ke pihak berwenang untuk mencari ganti rugi atas kesalahan yang dilakukan terhadap mereka daripada harus mencari keadilan bagi diri mereka sendiri.
Namun, sejarah persidangan telah memperlihatkan beberapa hal yang aneh seiring dengan berkembangnya keadilan. Terkadang, terdakwa dalam suatu kasus bahkan bukan manusia. Melihat sejarah hukum, berikut benda dan hewan tidak terduga yang ikut dibawa ke pengadilan.
AYAM JANTAN
Terkadang, suatu kejahatan tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain, namun tetap dapat menyinggung moralitas masyarakat. Pada tahun 1474, di kota Basel, Swiss, seekor ayam bertelur. Itu terlihat biasa, tetapi ayam ini berjenis kelamin jantan dan kita itu menjadi gempar. Ayam yang kebingungan itu diadili atas kejahatan melanggar hukum alam. Selain melanggar perintah Tuhan bahwa hanya ayam betina yang boleh bertelur, ayam jantan juga bisa menimbulkan risiko besar bagi kota.
Telur yang dikeluarkan oleh ayam jantan diyakini digunakan oleh penyihir untuk menimbulkan kutukan. Yang lain mengira telur seperti itu bisa menetas menjadi cockatrice atau basilisk yang mengerikan dan mematikan. Ayam jantan itu lalu dihukum oleh pengadilan dan dieksekusi di depan umum. Saat algojo membelah ayam yang melanggar, dia menemukan tiga telur lagi yang sedang berkembang.
BABI BETINA
Pada tahun 1386, seekor babi betina masuk ke dalam rumah petani di desa Falaise di Perancis. Mayoritas keluarga berada di luar di ladang, namun salah satu bayi mereka dibiarkan tidur di dalam rumah. Induk babi melihat kesempatannya untuk makan dan menyerang bayinya. Ketika kejahatannya terungkap, babi tersebut ditangkap, diadili, dan dinyatakan bersalah atas pembunuhan.
Karena babi dinilai telah melakukan kejahatan manusia, maka ia didandani seperti manusia untuk dieksekusi. Ia berjalan tertatih-tatih di jalan-jalan di depan orang banyak yang bersemangat melihat keadilan ditegakkan. Algojo memulai dengan memutilasi wajah babi dan mematahkan kakinya untuk mencerminkan luka yang ditimbulkan pada bayi tersebut. Babi tersebut akhirnya terbebas dari penderitaannya, dengan cara digantung di bagian leher hingga mati.
BABI LAPAR
Babi bukanlah pemakan yang rewel, walau terkadang mereka menjengkelkan saat menginjak-injak tanaman dan menggali tanah untuk mendapatkan yang mereka cari. Saat ini, jarang orang menemukan babi di tempat umum selain di peternakan. Namun pada Abad Pertengahan, babi biasa ditemukan berkeliaran di jalanan.
Pada tahun 1457, di Kota Savigny, Prancis, seekor babi betina membunuh dan memakan seorang anak laki-laki berusia lima tahun. Babi dan pemiliknya diseret ke hadapan hakim, dan saksi dipanggil untuk mengungkapkan apa yang terjadi. Diputuskan bahwa pemiliknya seharusnya mengurung babinya, tetapi babi yang berkeliaran itu memikul tanggung jawab penuh.
Babi itu dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung. Babi tersebut mempunyai enam anak babi pada saat pembunuhan terjadi, dan mereka diduga ikut terlibat dalam kejahatan tersebut. Namun, mengingat usia mereka yang masih muda, hakim pun memberikan grasi kepada mereka.
KELEDAI
Pada tahun 1647, di koloni Amerika, Thomas Hogg dituduh tidur dengan babi setelah diketahui bahwa anak babi yang dilahirkannya mirip dengan Hogg. Hogg tidak mau mengakui kejahatannya dan lolos dari eksekusi, begitu pula babi betina.
Pada tahun 1750, Jacques Ferron dituduh tidur dengan keledai betina dan persidangan pun diadakan.
Sementara Ferron divonis bersalah dan dijatuhi hukuman gantung, beberapa penduduk setempat, termasuk pendeta kota, bersaksi tentang karakter baik keledai tersebut. Akhirnya, keledai tersebut dianggap korban dan dibiarkan bebas.
PATUNG THEAGENES
Theagenes of Thasos adalah salah satu atlet paling berprestasi sepanjang masa. Pada abad ke-5, ia berkompetisi dalam kompetisi besar yang diadakan di Yunani dan menang lebih dari 1400 kali. Kekuatannya begitu melegenda sehingga setelah kematiannya, sebuah patung perunggu didirikan untuk menghormatinya dan dia dipuja sebagai pahlawan setempat.
Seorang pria yang belum pernah mampu mengalahkan Theagenes dalam sebuah kontes, mempunyai kebiasaan mencambuk patung itu pada malam hari untuk melampiaskan amarahnya. Suatu malam, patung itu roboh menimpanya dan meremukkannya hingga tewas. Anak-anak pria tersebut kemudian membawa patung tersebut ke pengadilan untuk mendapatkan keadilan, kemudian patung tersebut dinilai bersalah dan diseret ke tebing dan didorong ke laut.
Bertahun-tahun kemudian, Thasos mengalami kelaparan yang parah, sehingga orang-orang diperintahkan oleh seorang peramal untuk memanggil kembali semua orang yang telah diasingkan untuk menenangkan murka para dewa.
Bahkan ketika semua orang yang diasingkan kembali ke kota, kelaparan terus berlanjut. Sang oracle kemudian mengungkapkan, bahwa mereka lupa membawa kembali Theagenes. Patungnya lalu ditemukan di laut dan dibawa kembali, setelah itu kelaparan pun berakhir.