Bagi penggemar film dan serial horror, tahun 2017 lalu merupakan momen yang ditunggu. Film IT akhirnya masuk indonesia secara resmi dan diputar di bioskop. Bagi yang belum tahu, film IT yang sempat ngetrend, sesungguhnya merupakan sebuah serial TV tahun 1990 yang ceritanya diadaptasi dari novel karya Stephen King. Serial ini dulunya sangat terkenal, waktu tahun 1990 cerita di film IT sudah sukses membuat takut kaum muda yang menontonnya.

Bagi yang suka nonton film jadul, mungkin akan setuju jika serial asli IT pada tahun 1990 masih yang terbaik untuk kualitas sebuah cerita horror. Dari segala aspek, serial ini dijamin akan membuat penonton merinding. Berikut ada beberapa fakta unik di belakang layar dari serial IT yang sudah membuat anak kecil takut dengan badut ini.

Serial IT waktu itu merupakan serial tv yang cukup berkesan. Yang dulunya pernah jadi anak kecil di akhir tahun 80an dan awal 90an pasti mengenal cerita ini, atau setidaknya “badutnya”. Kita semua yang sudah dewasa tentunya pernah jadi anak-anak. Dan seperti semua anak pada umumnya, kita dulu pasti pernah takut dengan sesuatu, atau suatu tempat.

Di waktu kecil mungkin kita pernah membayangkan menjadi seorang anak laki-laki dengan jas hujan kuning dan main kapal-kapalan dengan perahu kertas sambil menyusuri jalan yang sepi dan di saat itu hujan turun lebat serta disertai badai. Kemudian mainan perahu yang dibawa itu jatuh ke lubang karena mengikuti aliran selokan yang deras. Segera setelah kita mendatangi lubang itu untuk mengambil kapal, kita disambut oleh kehadiran makhluk dari dalam kegelapan, tidak lain dan tidak bukan adalah sesuatu yang hanya datang dari mimpi buruk, sesuatu yang bernafas berat dan tertawa cekikikan. Siapa lagi kalau bukan badut Pennywise yang diperankan oleh aktor Tim Curry. Aktor kawakan tidak hanya membawa sang badut hidup dari novelnya Stephen King, namun juga sukses membuat orang-orang disekitarnya takut, tidak hanya anak-anak tapi juga orang dewasa.

Pada tahun 1990, di lokasi syuting IT para kru film enggan untuk bertemu dengan Tim Curry jika sedang dalam makeup Pennywise, mereka hanya pergi menjauh dan tidak berani menatap matanya.

Sebelum aktor Tim Curry terkenal sebagai jajaran karakter horror hollywood seperti Freddy Krueger, Jason Voorhees, dll, pada awalnya ia pernah menolak untuk menjadi Pennywise. Hal itu dikarenakan ia tidak terlalu tertarik bermain film dengan banyak riasan, apalagi di hadapan banyak orang.

Namun, dalam usaha terakhir untuk menggaet Tim Curry, sutradara Tommy Lee Wallace akhirnya berhasil bernegosiasi dengan Tim Curry untuk dapat mengubahnya menjadi badut paling terkenal sepanjang sejarah film.

Cerita IT yang awalnya adalah sebuah novel horror, kemudian diadaptasi menjadi serial TV dengan 2 episode. Yang pertama kali menyiarkan serial ini yaitu stasiun TV ABC, yang justru sempat meragukan apakah adaptasi serial cerita ini dapat berhasil. Namun, hasilnya ternyata sangat berlawanan dan diluar dugaan.

Saat episode pertama ditayangkan pada tanggal 18 November 1990, serial ini langsung ditonton oleh 17,5 juta orang. Pada episode ke 2 bahkan lebih sukses lagi, yaitu IT berhasil meraih peringkat 20 besar program TV favorit setelah ditonton oleh 19,2 juta orang yang ingin melihat bagaimana mimpi buruk cerita ini akan berakhir. Kedua episode yang telah disiarkan sama-sama berhasil membuat orang merinding.

Fakta lainnya yang membuat kita merinding dan mungkin tidak banyak diketahui orang, ada 2 aktor yang juga ikut main di film IT, yaitu Jonathan Brandis (Bill Denbrough veri muda) dan John Ritter (Ben Hanscom versi dewasa) dimana keduanya meninggal dunia pada tahun yang sama.

Brandis secara tragis melakukan bunuh diri dengan menggantung diri pada tanggal 12 November 2003, di West Hollywood, California. Sedangkan aktor John Ritter meninggal di rumah sakit yang sama di mana dia dilahirkan setelah menderita sakit dada di lokasi syuting tanggal 11 September 2003.

Sutradara serial IT, Tommy Lee Wallace tidak pernah membaca novelnya hingga selesai sebelum memulai pembuatan film IT untuk channel ABC. Tommy Lee Wallace sebelumnya telah bekerja sebagai assisten John Carpenter dalam proyek film seperti Halloween sebelum lulus. Tommy Lee Wallace pun mengakui jika miniseri sukses yang dibuatnya itu justru belum maksimal dari “magnum opus”-nya Stephen King.