Dalam sebuah negara, pasti dibutuhkan seorang pemimpin. Tanpa pemimpin, negara akan penuh kekacauan dan hancur dengan sendirinya. Memerintah hingga periode tertentu atau turun takhta, pemimpin juga butuh regenerasi agar negara melihat kemajuan.

Namun, dalam catatan sejarah ada beberapa kisah di mana penggantian pemimpin terjadi sangat singkat, bahkan kurang dari sehari. Inilah kisah nyata dalam sejarah, saat para pemimpin memimpin kurang dari satu hari.

LOUIS XIX

Louis Antoine adalah anak sekaligus Dauphin de France (penerus takhta) Raja Prancis, Charles X. Sudah menunggu sejak 1824, mimpi Louis menjadi Raja Prancis akhirnya terwujud pada tahun 1830. Namun, sayangnya berakhir dengan memalukan.

Saat Prancis mengalami Revolusi Juli 1830, rakyat Prancis yang murka meminta Charles X untuk turun takhta beserta dengan keturunannya, karena rakyat ingin Louis Philippe yang menjadi raja. Dengan enggan hati, Charles X kemudian menandatangani surat pernyataan turun takhta.

Selama 20 menit, Louis mendengarkan ceramah istrinya agar tidak menandatangani surat tersebut. Akhirnya, Louis tetap menandatanganinya dan turun takhta agar keponakannya, Henri V, menjadi penerusnya. Namun, kekuasaan Henri hanya satu minggu dan digantikan oleh Louis Philippe yang memerintah hingga 1848.

ANTIPAUS FILIPUS

Setelah kematian Paus Yohanes I pada 767, Roma kembali kacau balau dalam pencarian Paus selanjutnya. Saat itu, bangsa Langobardi ikut campur karena ingin menunggalkan Paus Konstantinus II. Akhirnya, mereka mendatangi Biara St. Vitus pada Juli 768 dan menjemput Pastor Filipus untuk menjadikannya Paus.

Filipus kemudian mengadakan pesta perayaan. Saat itu, Primikerios (kepala administratif Roma) Kristoforus baru saja kembali ke Roma dan saat mengetahui penahbisan Filipus yang tidak sah, maka ia tidak mau masuk ke Roma hingga Filipus dicopot dari jabatannya.

Jadi, Filipus dianggap tidak sah sebagai Paus. Ia dituduh melakukan simoni (pembelian jabatan gereja), dilucuti dari segala haknya sebagai Paus, dan disuruh kembali ke Biara St. Vitus. Akhirnya, Paus Stefanus III dipilih sebagai penerus Paus Yohanes I yang sah.

ANTIPAUS CELESTINE II

Pada tahun 1124, Vatikan menyaksikan salah satu kejadian transisi Paus teraneh. Mencari pengganti Paus Kalistus II, sekitar 47—53 Kardinal maju sebagai kandidat. Saat itu, kota Roma tengah terpecah menjadi dua kubu, yaitu Frangipani dan Pierleoni. Saat itu, Frangipani lebih setuju Kardinal Ostia, Lamberto Scannabecchi sebagai Paus selanjutnya.

Akan tetapi, hasil pada 16 Desember 1124 menunjuk Kardinal Sant’Anastasia, Teobaldo Boccapecci sebagai Paus selanjutnya dengan nama Celestine II. Baru saja mengenakan mantel merah dan Te Deum terdengar, upacara penahbisan Teobaldo dikacaukan oleh kubu Frangipani. Bahkan, Teobaldo diserang hingga terluka.

Teobaldo akhirnya menyerahkan jabatan itu dengan sukarela kepada Lamberto, yang tidak ingin menerimanya dengan cara sehina itu. Akhirnya, pemilihan Paus diulang lagi pada 21 Desember 1124, dan para Kardinal memilih Lamberto menjadi Paus dengan nama Honorius II.

MIKAEL II

Mikhail Aleksandrovich adalah anak bungsu Tsar Aleksander II, dan adik terkecil dari Tsar Nikolai II. Setelah kematian saudara-saudaranya, Mikhail adalah satu-satunya penerus takhta setelah Nikolai II. Namun, posisi Mikhail terancam oleh kelahiran Aleksei.

Karena ditekan, Nikolai akhirnya memutuskan untuk turun takhta. Tadinya, takhta tersebut akan diberikan pada anak semata wayangnya, Aleksei. Karena Aleksei menderita hemofilia, maka Nikolai tidak setuju. Pada 15 Maret 1917, Nikolai mengumumkan bahwa Mikhail sebagai Tsar penerus.

Namun, Mikhail menunda naik takhta sampai benar-benar dinobatkan dan menyerahkan kekuasaan pada Pemerintahan Sementara Rusia yang dikepalai oleh Perdana Menteri Georgy Lyov. Setelah meletusnya Revolusi Rusia 1917, Mikael dipenjara dan dibunuh pada tahun 1918.

ALEXIOS V

Aleksios V Megas Komnenos adalah anak dari Aleksander Megas Komnenos, rekan penguasa Kekaisaran Trebizond bersama saudaranya, Yohanes IV Megas Komnenos.

Yohanes IV tadinya ingin mengangkat Aleksander sebagai penggantinya. Namun, Aleksander wafat terlebih dulu. Pada 1460, Yohanes IV mengangkat Aleksios, yang saat itu baru berusia 6 tahun, sebagai raja.

Setelah upacara pelantikannya, paman sekaligus saudara Yohanes IV, David Megas Komnenos memberhentikan Aleksios dan mengangkat dirinya sendiri sebagai raja pengganti Yohanes IV. Pemerintahan David terkenal dengan kejatuhan Trebizond ke tangan Kekaisaran Utsmaniyah pada tahun 1461.